Laki-laki selibat penjelajah bukit batu
musafir firman di pulau karang
menghela napas melayangkan pandang
tampak siap malaikat kelima
meniupkan tegas sangkakala kelima
segera jatuhlah sebuah bintang ke bumi
membentuk lobang jurang maut
Malaikat  pemegang anak kunci itu
membuka lobang jurang maut
naiklah asap bagaikan asap tanur besar
menutupi gelap matahari dan angkasa;
asap  mengeluarkan belalang-belalang
yang terbang menimpa bumi,
yang diberi kuasa sama dengan kalajengking bumi,
yang diberi pesan  peringatan,
jangan merusak rumput-rumput
jangan merusak tumbuh-tumbuhan
jangan merusak pohon-pohon
tapi diberi kuasa kalajengking
menyiksa semua manusia di bumi
manusia yang tidak bermeterai Allah di dahinya
dengan sengatnya yang menyakitkan
selama lima bulan penuh
tapi jangan  membunuh manusia
Pada masa yang demikian
orang-orang akan mencari maut
tapi mereka tidak akan menemukannya
mereka hanya ingin mati
tapi maut lari dari mereka
Laki-laki selibat penjelajah bukit batu
musafir firman di pulau karang
menghela napas melayangkan pandang
tampak rupa-rupa belalang
seperti kuda yang siap perang
di kepala mereka ada serupa mahkota emas
muka mereka sama dengan muka manusia
rambut mereka sama seperti rambut perempuan
gigi mereka sama seperti gigi singa
baju mereka sama seperti baju zirah
bunyi sayap mereka laksana bunyi kereta
yang ditarik oleh kuda-kuda
yang sedang lari ke medan peperangan
Ekor kuda itu sama seperti kalajengking
ada sengat yang siap menyakiti
ada kuasa di dalam ekornya
untuk menyakiti manusia
selama lima bulan penuh;
raja yang memerintah mereka
adalah malaikat jurang maut
yang disebut Abadon atau Apolion
(Sumber, Why 9:1-11)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI