Pada tanggal 10 Oktober 2021, Paus Fransiskus secara resmi membuka Sinode Para Uskup 2021-2023 di Vatikan. Kata sinode berasal dari kata (sinodos) dalam bahasa Yunani yang berarti 'sidang majelis', Â 'perkumpulan', 'pertemuan', 'bersama-sama' atau 'berjalan bersama'; semakna dengan kata concilium (konsili) dalam bahasa Latin. Â Sinode Uskup berarti para uskup sedunia, sebagaimana orang Kristiani dulu, berkumpul untuk berdoa dan membuat keputusan tentang hal-hal yang memengaruhi semua komunitas Kristen di suatu wilayah. Mereka berkumpul dengan suatu keyakinan bahwa doa dan diskusinya akan mengungkapkan kehendak Allah dan cara untuk mencapainya.Â
Gaung Sinode itu terus menggema membahana dalam seluruh kegiatan Prapaskah dan Paskah 2022, baik Gereja universal maupun Gereja partikuler. Dengan tema, "Bagi Sebuah Gereja Sinodal: Persekutuan, Partisipasi, dan Misi", umat Katolik dipanggil untuk saling mendengarkan secara aktif dan berbicara dengan hati.Â
Inilah dialog hati, yang menuntut kerendahan hati, keterbukaan, kesabaran, dan perhatian penuh dari setiap orang untuk menawarkan rahmat kepada orang lain.Â
Dialog hati ini merupakan rahmat kekuatan untuk "berjalan bersama" Gereja dalam menapaki realitas kehidupan manusia di milenium ketiga dan menunjukkan wajah sejati Gereja: sebuah "rumah" yang ramah, dengan pintu terbuka, didiami oleh Tuhan, dan dijiwai oleh hubungan persaudaraan.
Dinamika "berjalan bersama" ini dimaksudkan untuk mendapatkan cara pandang yang inovatif (mengembangkan  pendekatan baru dengan kreativitas dan keberanian tertentu); untuk menjadi Gereja yang inklusif (Gereja yang partisipatif dan bertanggung jawab bersama, yang mampu menghargai keragamannya sendiri yang kaya, merangkul mereka semua yang sering kita lupakan atau abaikan); untuk memiliki pemikiran yang terbuka (Gereja menghindari pelabelan ideologis dan memanfaatkan semua metodologi yang telah membuahkan hasil); untuk  mendengarkan masing-masing orang (belajar satu sama lain untuk merenungkan realitas dengan aneka wajah yang indah, sebagaimana dimaksudkan Gereja Kristus);  untuk memahami konsep kebersamaan Gereja yang bertanggung jawab (menghargai dan melibatkan peran dan panggilan unik setiap anggota Tubuh Kristus untuk pembaruan dan pembangunan seluruh Gereja); untuk menjangkau dialog ekumenis dan antaragama (bermimpi bersama dan berjalan bersama sebagai satu  keluarga umat manusia).
***
Sinode Para Uskup  akan menegaskan dan menggarisbawahi  tiga dimensi "berjalan bersama", yaitu persekutuan, partisipasi, dan misi (perutusan). Ketiga dimensi itu saling berkaitan erat karena merupakan pilar-pilar pokok dari Gereja Sinodal bagi semua yang telah dibaptis, baik hierarki maupun awam.Â
Pertama, Gereja yang sinodal adalah Gereja yang "bertonggak" persekutuan. Â Gereja bukan sekadar organisasi saja, melainkan kumpulan orang yang telah dibaptis dan yang menyadari bahwa mereka hidup bersatu padu berdasarkan firman Tuhan.Â
Persekutuan yang dialami Gereja  menemukan akarnya terdalam dalam kasih dan kesatuan Trinitas. Kristuslah yang memperdamaikan manusia dengan Bapa dan mempersatukan manusia satu sama lain dalam Roh Kudus.
Gereja yang sinodal diilhami oleh Sabda Allah, digerakkan oleh Tradisi Gereja yang hidup, dan berlandaskan pada sensus fidei Magisterium Gereja. "Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah", (Efesus 2:19). Yesus berkata,  "Aku memberikan perintah baru kepada kamu yaitu, supaya kamu saling mengasihi sama seperti Aku telah mengasihi kamu, demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi", (Yohanes 13:34-35).
Kedua, Gereja yang sinodal adalah Gereja yang "menggarami" partisipasi: Sebuah panggilan untuk keterlibatan semua orang yang menjadi anggota Umat Allah (umat awam, orang-orang hidup bakti dan para tertahbis) untuk terlibat dalam  mendengarkan satu sama lain secara mendalam dan penuh hormat.