Pieter Sanga Lewar
Seorang laki-laki tua berjalan menuju senja
disandangnya segumpal harapan
untuk menggapai demarkasi temaram
memasuki cakrawala  malam keabadian
Tak ada lagi kuk yang dipikulnya
karena ia telah berdamai dengan dirinya,
berdamai pula dengan sesamanya
Ia yang  sedang menggumamkan mazmur
tersentak langkahnya di depan batas senja
ketika disambar suara nan kilau
yang menyembur  dari nurani alam:
"Aku telah menciptakan  bumi ini
Bumi adalah tanah daratanÂ
yang menumbuhkan rerumput hijau,
tumbuhan berbiji,
pohon berbuah,
hutan belukar
Bumi adalah bejana ciptaan
yang melahirkan segala manusia
segala ternak,
segala  melata,
segala binatangÂ
segala burung
Bumi adalah air mengalirÂ
yang menghidupkan segala  tumbuh
yang menyegarkan  segala   napas
yang mencicipkan segala dahaga
yang mengeriapkan segala insang
Â
Semuanya itu baik adanya di mata-Ku"
Laki-laki tua itu terdesak kaget
Terpaku mengunggah  tanya,
adakah salah yang telah aku lakukan?
Ia  ingin segera  melangkah
Sejengkal lagi mencapai batas senja
Namun belum sempat mengayun
suara itu menghentikannya lagi:
"Tengoklah dan lihatlah jejak kakimu!
Bacalah noda yang masih melekat!"
Laki-laki tua itu menatap gagap
tapak kakinya yang penuh bercak darah kering
mengeja dosanya yang tertinggal
mengukupkan dupa penyesalan:
"Ya, Allahu Akbar Yang Maharahim
Ampunilah hamba-Mu ini
yang telah rakus serakah
menggundulkan hutan-Mu di bukit
yang telah sadis garang
membakar rimba-Mu di lembah
yang telah menggelontorkan banjir  lumpur
menghanyutkan semua yang hidup
Oh, Yahwe Tuhanku Yang Mahakasih
Ampunilah  hamba-Mu ini
yang telah menodai sungai-Mu
dengan limbah kimia pabrikku
dengan tebaran sampah rumahku
dengan bau busuk tinja-tinjaku
Oh, Sang Hyang Widhi Yang Maha Esa
Ampunilah hamba-Mu ini
yang telah mengotori biru laut-Mu
dengan taburan  sampah plastik
dengan hamburan tumpahan minyak
dengan ribuan bisa tuba bom ikan
Oh, Â Ad-Buddha Yang Mahakuasa
Ampunilah  hamba-Mu ini
yang telah mencemarkan jernih udara-Mu
dengan riuh asap kendaraan bermotor
dengan hitam pekat asap cerobong pabrik
dengan semburan asap kebakaran hutan
Oh, Huang Tian Yang Mahabijaksana
Ampunilah  hamba-Mu ini
yang telah meracuni tanah-Mu
dengan ratusan ton pupuk kimia
dengan ribuan liter pestisida
dengan jutaan  sampah di got-got kota"
Laki-laki tua itu terisak bangkit
setelah tapa sungkem bumi di Hadirat-Nya
setelah menghapus jejak noda tapaknya
Ia  mengayunkan kaki selangkah
melewati batas senja temaram
meraih gapura malam keabadian
dalam riang kemuliaan
diiringi kidung kebahagiaan:
"Ternyata, kebahagiaan itu  akan dipeluk erat
ketika manusia tidak hanya berdamai dengan diri sendiri,
ketika manuia tidak hanya berdamai dengan sesamanya,
tetapi, ketika manusia berdamai juga dengan seluruh isi bumi"
Wonosobo, Jumat, 19 Februari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H