Gendang yang di tabuh seolah tak tedengar ?
Telur ayam saja di datangkan dari luar daerah, padahal di sini lahan kosong untuk berternak ayam sangat banyak, namun hal ini mungkin saja bisa di maklumi jika kita melihat infrastruktur yang jauh dari kata menunjang produktifitas. Jalan – jalan desa banyak yang rusak parah, sehingga tidak memungkinkan di lewati kendaraan, akhirnya hanya kepasrahan saja yang terlihat ketika menatap sorot mata penduduk desa di Kabupaten Dairi.
Sidikalang adalah ibukota dari Kabupaten Dairi, kota ini menjadi pilihan pertama untuk mengadu nasib putera puteri daerah yang menginginkan ada perubahan nasib, namun karena ada pola urban seperti ini membuat kecamatan Sidikalang tingkat populasi penduduknya menjadi tinggi mendekati angka 50.000 orang.
Bayangkan saja di kota Sidikalang tak banyak peluang lapangan kerja karena konsentrasi pertumbuhan industri kebanyakan hanya terkonsentrasi dalam bidang yang monoton dan kurang kreatif seperti :
1. Penggilingan Kopi
2. Kerajinan tangan
3. Bengkel otomotif
Dengan keterbatasan peluang pekerjaan seperti itu, akhirnya kota Medan dan Jakarta menjadi sasaran untuk merantau pemuda – pemudi berijazahkan SMP dan SLTA untuk merantau, walau sebenarnya Dairi menyimpan berbagai potensi yang seharusnya bisa mengadopsi angka para pencari kerja.
Demikian juga dengan sarana pendidikan, seolah luput menjadi prioritas jika kita mau bandingkan dengan kabupaten tetangganya Kabupaten Pakpak Bharat yang telah memulai ‘jaminan pendidikan’ sampai perguruan tinggi,  dari penyediaan bus sekolah gratis sampai bebas biaya kuliah.
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara dan Kabupaten Tanah Karo.