Mohon tunggu...
Piere Barutu
Piere Barutu Mohon Tunggu... Administrasi - Citizen Journalism

Email : pierebarutu@gmail.com .

Selanjutnya

Tutup

Money

Nunggak Kartu Kredit, Debt Kolektor Bersiap Menyapa

18 November 2012   15:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:06 1281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_209957" align="aligncenter" width="614" caption="Ilustrasi oleh Piere Barutu"][/caption]

Kemarin dua stand bank swasta di suatu pusat perbelanjaan menawarkan program kartu kredit kepada saya, dengan tawaran pemberian langsung souvenir menggoda.

Kartu kredit, sepertinya di jadikan alat cara berhutang praktis, cukup foto copy KTP saja, setelah kartunya di terima belasan juta rupiah dalam sekejap mata dapat ditarik dengan mudah di mana saja, sudah menjadi rahasia bersama untuk mendapatkan bunga penarikan yang ringan sebagian pengguna kartu kredit akan mendatangi toko emas, transaksi pura – pura membeli perhiasan terjadi, tidak ada barang mulia di bawa pulang, tetapi sejumlah rupiah sesuai permintaan akan di berikan oleh pemilik toko emas.

Seorang teman baik panggilannya Pak Mung pernah memiliki 5 kartu kredit dari bank yang berlainan, dengan rata – rata limit hampir Rp 10.000.000, padahal pendapatan per bulannya tidak lebih dari Rp 3.000.000, di saat bersamaan sahabat ini mendapatkan pemberian tanah kosong dari orang tuanya, tergoda dengan limit kartu kredit miliknya, seluruh isi kartu dicairkan via toko emas dan ATM, dengan niat membangun beberapa unit rumah kontrakan.

Lebih besar pasak dari pada tiang adalah perumpamaan tepat yang pantas di labelkan kepadanya dengan total tagihan minimal Rp 5.000.000 / bulan, maka beberapa bulan kemudian para debt kolektor sudah mulai krang – kring menelpon kantor, ada yang mulai dari perkataan halus sampai ancam – mengancam di lakukan oknum debt kolektor, jika tidak bisa bertemu atau berbicara langsung dengan teman ini.

Bagaimana akhirnya Pak Mung ini menyelesaikannya, nekat pasang badan saja pungkas bapak seorang anak ini, beliau mengundang seluruh debt kolektor yang mencarinya untuk datang ke rumah orang tuanya, skenario telah diatur untuk anggota keluarga..

Ini rumah orang tua saya, kami tidak punya apa – apa, jadi bagaimana tantangnya kepada setiap debt kolektor yang datang, saya mau bayar tapi minta keringanan dan kebijakan demikian taktik yang dimainkan. Akhirnya semua dapat diatur olehnya, cicilan menjadi sangat ringan hngga dapat diangsur tanpa dikenakan bunga.

Tetapi cara seperti itu rupanya tidak bisa dengan mudah dimainkan untuk dapat melunasi hutang kartu kredit, ada beberapa teman yang lain, justru selalu ketakutan dan menghindar jika debt kolektor mulai kasak – kusuk, sehingga mau tidak mau, suka – tidak suka, saya beberapa kali harus berbicara dan di maki – maki dengan kalimat penghinaan dan kata – kata kotor oleh debt kolektor yang jika kita minta bertemu ( saat emosi ) tidak pernah bersedia datang.

[caption id="attachment_209956" align="aligncenter" width="300" caption="Ilustrasi oleh Piere Barutu"]

13532263821940619528
13532263821940619528
[/caption]

Beberapa teman yang terlibat hutang dengan bank akhirnya memilih kabur, keluar dari pekerjaan dan pulang kampung, bahkan sampai ada yang bercerai dengan keluarga, karena tidak kuat menanggung beban pikiran, di kejar debt kolektor dan bingung bagaimana cara untuk melunasi hutang mereka.

Saya sendiri pun pernah memiliki hutang dengan bank untuk kredit kepemilikan rumah dan kartu kredit yang semua itu telah saya lunasi cukup lama, ketika 3 bulan kemarin hendak mengajukan KPR kembali di bank pemerintah, alangkah terkejut saat mereka menanyakan tentang hutang – hutang saya yang sudah terlunasi dan seingat saya tidak pernah menunggak.

Untuk membuktikannya saya di minta untuk menyertakan surat pelunasan resmi yang di keluarkan oleh bank si pemberi kredit, yang tidak pernah saya minta / miliki karena penutupannya secara online.

Mengingatkan saja buat teman – teman semua yang membaca, permintaan penutupan kartu kredit secara online pada tahap terakhir kita akan di bujuk rayu kembali untuk tidak menutupnya dengan penawaran manis, seterusnya jangan pernah lupa untuk meminta langsung surat resmi pelunasannya yang ternyata bisa 2 minggu baru tiba.

MERDEKA !!!

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun