Menikmati liburan akhir dan awal tahun, wisata bersama keluarga menuju bumi lancang kuning Riau, di kabupaten Siak adalah pilihan jitu, karena daerah ini memiliki situs sejarah Kerajaan Siak Indrapura yang mempesona.
[caption id="attachment_154241" align="aligncenter" width="448" caption="Pesona Kabupaten Siak "][/caption]
Rute perjalanan darat dari Bandara Pekan Baru memakan waktu sekitar 4 jam, dengan keadaan jalan mirip bentuk ular naga, turun naik serta berkelok – kelok, yang di sepanjang jalannya lambaian dedaunan pohon kelapa sawit terus melambai – lambai.
Sebelum memasuki pusat kota Siak, akan melewati sebuah jembatan megah di atas sungai Siak yang indah juga menakjubkan, para pelancong dari jauh pasti akan berhenti tidak mau melewatkan pesona indah sungai Siak ini begitu saja, berphoto dan memandang – mandang, bahkan bagi pecinta sejarah pasti akan segera menerawang jauh ke belakang betapa pastinya sungai ini menyimpan sejuta kenangan, yang mungkin masih banyak belum terungkap sampai kini.
[caption id="attachment_154243" align="aligncenter" width="533" caption="Sungai Siak"]
[caption id="attachment_154246" align="aligncenter" width="525" caption="Bersama keluarga, menikmati pesona sungai Siak dari atas jembatan"]
Dari atas sungai tersebut juga, seluruh sudut kabupaten Siak dan pusat – pusat aktifitas masyarakatnya, dapat di lihat.
Kerajaan Siak di pimpin pertama kali oleh Radja Ketjil, yang bergelar Sulthan Abdul Djalil Rachmadsjah pada tahun ( 1723 – 1746 ) dengan ibukotanya Buantan *berdasarkan dokumen istana.
Selanjutnya di teruskan oleh :
ØTengku Buang Asmara ( 1746 – 1765 )
ØTengku Ismail ( 1765 – 1766 )
ØTengku Alam ( 1766 – 1780 )
ØTengku Muhammad Ali Panglima Besar ( 1780 – 1782 )
ØTengku Jahja ( 1782 – 1784 )
ØTengku Sayed Ali ( 1784 – 1810 )
ØTengku Sayed Ibrahim ( 1810 – 1815 )
ØTengku Sayed Ismail ( 1815 – 1864 )
ØTengku Panglima Besar Sayed Kasim ( 1864 – 1889 )
ØTengku Ngah Sayed Hasjim ( 1889 – 1908 )
Menurut cerita sejarah * dokumen istana Raja terakhir adalah : Tengku Putera Sayed Kasim, yang bergelar Sulthan Assjaidis Sjarif Kasim II Abdul Djalil Sjaifuddin memerintah di Kerajaan Siak pada tahun (1915 – 1946 ), selanjutnya pada tahun 1945 beliau mengumumkan kerajaan Siak masuk dalam Republik Indonesia.
[caption id="attachment_154247" align="aligncenter" width="671" caption="Suasana di dalam Istana Kerajaan Siak"]
Sulthan Assjaidis Sjarif Kasim II mangkat di RS Caltex Rumbai tgl 23 April 1968, kemudian tgl 24 April 1968 dimakamkan di Siak Indrapura. juga di berikan gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah RI atas jasa – jasanya, perlu di ketahui juga nama bandara di Pekan Baru, Riausekarang ini bernamakan nama beliau.
[caption id="attachment_154249" align="aligncenter" width="336" caption="Salah satu Photo di dalam Istana, Sulthan Syarif Kasim II "]
Untuk dapat memasuki ruangan – ruangan istana setiap pengunjung akan di kenakan retribusi oleh Pemda kabupaten Siak sebagai pengelola sebesar ; Rp 3000 untuk dewasa, Rp 2000 untuk anak – anak, sedangkan untuk turis manca Negara : Rp 10.000 untuk dewasa, Rp 5000 bagi anak – anak.
Istana utama dalam kompleks kerajaan memiliki 2 lantai, yang di hubungkan melalui 2 tangga yang unik dan berkelok – kelok dan memiliki banyak ruangan , di setiap ruangannya berisikan begitu banyak bukti – bukti peninggalan dan kejayaan kerajaan Siak, lengkap dengan peralatan perang dan photo / lukisan para rajanya.
Istana Siak ini pun cukup di jaga keasliannnya dalam bentuk serta ornamennya, para pengelolanya “karyawan “ menggunakan pakaian khas melayu Riau, begitu juga dengan area di luar kompleks istana. Bagi para pelancong dari jauh di kompleks istana dijual berbagai macam souvenir khas Riau, untuk oleh – oleh.
[caption id="attachment_154248" align="aligncenter" width="448" caption="Komplek Istana Siak"]
January 2012, Riau Sumatera
( photo dokumentasi : penulis)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H