Mohon tunggu...
Piepiet Adam
Piepiet Adam Mohon Tunggu... ibu rumah tangga dan wirausaha -

incredibly me

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Buku Tahunan Sekolah Atau Bikin Teman Syirik?

15 Februari 2016   19:18 Diperbarui: 24 Februari 2016   22:37 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mungkin memang bukan suatu kewajiban tiap sekolah mengeluarkan buku tahunan sekolah atau BTS di setiap akhir tahun kegiatan belajar mengajar atau kelulusan, tapi entah mengapa, bukan pelajar ataupun pihak sekolah yang heboh untuk pengadaan BTS tersebut di setiap akhir tahunnya, malah justru orang tua pelajarlah yang lebih antusias dan bersemangat.

Seolah dengan tidak adanya buku tahunan sekolah atau BTS membuat standar pendidikan anak-anaknya menjadi rendah, diluar logika memang tapi itulah yang terjadi, hampir setiap sekolah pada saat kegiatan belajar mengajar akan berakhir, atau mungkin saja hanya 'gengsi' sekumpulan orang tua yang bergabung di dalam wadah bernamakan 'KOMITE', mungkin saja..

"Kita bentuk enam kelompok ya."

Begitu teriak ketua kelas di tengah riuh teman-temannya di dalam kelas siang itu setelah selesai kegiatan belajar mengajar, beberapa anak sibuk membagikan potongan kertas yang sudah dituliskan nomor kelompok, sistemnya seperti arisan ibu-ibu PKK, hehe.. Cara membentuk kelompok yang sangat baik, sekretaris kelas siap mencatat di papan tulis nama-nama siswa-siswi per kelompok sesuai undian kertas yang dibagikan tadi, ini sudah termasuk pembelajaran bermusyawarah yang baik untuk siswa-siswi kelas 9.3. Saat pencatatan ada teriakan kecewa, bagi yang merasa tidak sesuai teman kelompoknya, ada yang tertawa penuh suka, ada yang saling ledek karena merasa kelompoknya lebih keren dari kelompok lainnya, tetapi mereka sangat mengerti, hasil musyawarah harus diterima dengan lapang dada, begitulah indahnya masa remaja..

Ada dua orang tua dari para pelajar yang berperan sebagai wakil orang tua kelas duduk di sudut kelas bercampur dengan pelajar yang sedang mencoba membentuk kelompok, kedua orang tua tersebut tidak berusaha ikut campur, mereka hanya sekedar memberi pengarahan bahwa untuk proses pemotretan harus dibentuk kelompok-kelompok.

Sebut saja mereka itu adalah penanggung jawab dalam kegiatan pembuatan buku tahunan sekolah yang akan di mulai sebelum ujian sekolah dilaksanakan, tiap kelas ada kurang lebih dua orang tua yang menjadi 'Penanggung Jawab' sesuai hasil rapat panitia. Penanggung jawab bertugas dari mengumpulkan biodata pelajar, mencari lokasi atau tempat pemotretan, memikirkan kostum dan tema sampai kendaraan juga konsumsi pada saat hari pelaksanaan nantinya,atau bisa jadi mempersiapkan hal-hal yang diluar perkiraan nantinya. Beruntunglah karena semua orang tua kelas 9.3 sangat mendukung segala apa yang berkaitan dengan kegiatan anak-anaknya di sekolah.

Mereka sengaja mengarahkan siswa-siswi itu untuk membentuk kelompoknya dengan caranya sendiri, bukan hanya sekedar tidak mau diprotes jika terjadi ketidak seimbangan dalam kelompok, tetapi juga memberikan ruang dan sedikit pelajaran bermusyawarah serta bertanggung jawab atas apa yang sudah disepakati. Walaupun sepertinya dengan begitu setidaknya mengurangi beban tugas para penanggung jawab.

Setelah tanggal-tanggal ditentukan oleh pihak panitia, maka para penanggung jawab memulai dari satu lokasi ke lokasi lainnya untuk sasaran tempat pemotretan, kelas 9.3 sepakat memilih Lapangan Udara Pondok Cabe, tepatnya hanggar Polisi Udara, sebagai lokasi pemotretannya, sungguh berbeda dengan kebanyakan kelas lainnya yang memilih tempat gaul atau taman kota untuk pemotretan BTS. Hanggar Polisi Udara disetujui pemilihannya berdasarkan pemikiran agar para siswa-siswi termotifasi dalam menentukan cita-citanya, karena selain pemotretan ada sedikit waktu wawancara antara siswa-siswi dengan petugas di hanggar. Kostum kali ini adalah batik nusantara, batik merupakan citra khas Indonesia, agar mereka selalu menghargai hasil karya bangsa sendiri. Meski mengenaikan batik, mereka tetap terlihat ceria.

"Saya bantu apa mb?"

Tanya beberapa orang tua dari siswa-siswi 9.3 lainnya yang tak kalah antusias, ikhlas membantu meski tidak duduk sebagai panitia ataupun penanggung jawab, jalinan persaudaraan yang sangat menyenangkan, saling membantu dan menguatkan..

Jum’at 29 Januari 2016 jarum jam belum genap menunjuk ke angka 13:00 tapi sederetan kendaraan pribadi milik beberapa orang tua siswa-siswi 9.3 sudah siap berjajar di halaman parkir sekolah, mereka siap mengantarkan anak-anaknya menuju lokasi pemotretan, kendaraan-kendaraan itu sudah didaftarkan kepada penanggung jawab, bahkan untuk urusan konsumsi dan kostum pun sudah dipersiapkan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun