catatan: revisi total catatan ini dimuat di harian KONTAN, Selasa, 23 Februari 2016, hal. 23, dengan judul "Suku Bunga dan Pertumbuhan Ekonomi".
Rz
====
Katakanlah suku bunga kredit tiba2 turun dari 15% ke 5%, seperti harapan pemerintahan Jokowi-JK. Apakah dampaknya pertumbuhan ekonomi?
Mudah saja. Kredit tambah banyak dan yang dapat kredit beli barang-barang. Karena produksi tidak mudah ditambah segera, maka efek selanjutnya dari ekspansi kredit: harga barang2 naik (=inflasi) atau impor meningkat. Akhirnya, efek ekspansi moneter hanya tercermin pada kenaikan harga atau defisit neraca pembayaran luar negri. Pertumbuhan ekonomi, ya disitu2 saja...sesuai dengan: proses pembentukan barang modal, produktivitas tenaga kerja, perubahan teknologi, dan perubahan institusional yg menentukan interaksi ketiga faktor tsb.
Konsep ini dikenal sebagai netralitas kebijakan moneter (monetary policy neutrality) atau netralitas uang (money neutrality) dalam perekonomian. Bagi awam konsep netralitas uang ini susah diterima. Tapi logika standar akan menunjukkan uang kertas (=fiat money) tidak memiliki nilai produktif (lihat tulisan: Kontradiksi Stimulus Moneter, September 2011).
Biar lebih mudah membayangkannya, mari kita lihat data empiris yg cukup panjang dari Amerika 1960-2015. Dari tahun 1960 –1980 awal, suku bunga Amerika naik dari sekitar 4% ke 12% (proksi menggunakan US Treasury Yield tenor 10-tahun) (Grafik 1). Rata-rata pertumbuhan ekonomi Amerika pada periode yg sama, sekitar: 3.8%/tahun (terendah -2.3% di tahun 1975, tertinggi 8.5% di tahun 1965) (Grafik 2).
Grafik 1. Amerika: US Treasury Yield 1960-1980
[caption caption="Bunga Amerika"][/caption]
Grafik 2. Amerika: Pertumbuhan Ekonomi 1960-1980
[caption caption="Pertumbuhan Ekonomi Amerika"]