Mohon tunggu...
Siswa Rizali
Siswa Rizali Mohon Tunggu... Konsultan - Komite State-owned Enterprise

econfuse; ekonomi dalam kebingungan

Selanjutnya

Tutup

Financial

Mengapa Imbal Hasil SUN Indonesia Tinggi?

18 November 2019   09:00 Diperbarui: 18 November 2019   09:05 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Pada masa lalu, salah satu penyebab suku bunga dan yield utang Indonesia tinggi adalah inflasi yang tinggi. Namun inflasi Indonesia saat ini sudah mendekati negara lain. Dengan inflasi 3,3%, yield SUN riil Indonesia sekitar 3,8%. Sedangkan yield SUN riil negara-negara pembanding dari yang terendah 1,2% (Thailand) sampai yang tertinggi 3,6% (Meksiko). Hanya Brazil yang memiliki yield riil lebih tinggi daripada Indonesia, di 3,9%. Jadi yield SUN riil RI umumnya juga lebih tinggi daripada negara-negara pembanding.

Dari beban utang pemerintah, seperti rasio utang publik terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), Indonesia memiliki rasio yang rendah, yaitu 29% PDB. Kecuali Rusia, semua negara pembanding (Malaysia, Thailand, Filipina, Vietnam, Meksiko, India, dan Brazil), memiliki rasio utang terhadap PDB yang lebih tinggi dari Indonesia. Misalnya, Filipina sekitar 38% PDB dan yang tertinggi Brazil dengan rasio 84% PDB. Sedangkan rasio utang terhadap PDB dari Rusia hanya 15% PDB, jauh lebih rendah dibandingkan Indonesia.

Rasio defisit transaksi berjalan luar negeri terhadap PDB dapat menjadi indikator kerentanan beban utang sebuah negara, apalagi bila pembiayaannya tergantung arus modal global atau utang valuta asing besar. Di tahun 2018, rasio defisit transaksi berjalan Indonesia mencapai 3% PDB. Rasio indikator ini kontras dengan negara lain, seperti Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Rusia yang transaksi berjalannya surplus. Sedangkan negara yang transaksi berjalannya defisit, seperti Brazil, Meksiko, India, dan Filipina, memiliki nilai rasio defisit terhadap PDB yang lebih kecil.

Jadi, rasio defisit transaksi berjalan menjelaskan sebagian penyebab yield SUN RI lebih tinggi. Namun yield SUN RI masih sangat lebih tinggi dari yield di negara yang defisit transaksi berjalannya relatif besar, seperti India (2,3% PDB) dan Filipina (2,4% PDB).

Satu karakteristik pasar modal Indonesia adalah besarnya peran investor global. Kepemilikan investor asing di SUN RI sangat tinggi, mencapai 38% saat ini (tertinggi 41% pada Januari 2018). Negara lain yang kepemilikan asing di SUN cukup tinggi adalah Meksiko, Malaysia, dan Rusia, masing-masing sebesar 32%, 23%, dan 23%. Kepemilikan SUN oleh asing di negara lain dibawah 20%, misalnya Brazil, Thailand, Filipina, dan India masing-masing sekitar 11%, 19%, 8%, dan 4%.

Dari perspektif positif, tingginya porsi kepemilikan asing di SUN RI mengindikasikan kepercayaan investor global pada Indonesia, baik dari fundamental ekonomi, disiplin kebijakan makro, dan komitmen membayar utang.

Tetapi, besarnya kepemilikan asing di SUN RI berdampak negatif berupa ketergantungan yang berlebihan kepada arus investasi portofolio global. Dengan porsi asing yang sangat besar, setiap perubahan dinamika global sangat berpengaruh bagi gejolak nilai tukar dan yield SUN Indonesia. Akibatnya, investor global meminta kompensasi yield SUN yang lebih tinggi untuk mengantisipasi risiko likuiditas dan volatilitas bursa SUN Indonesia.

Implikasi Kebijakan

Dari empat indikator yang dievaluasi, interaksi dua indikator mengindikasikan menjadi penyebab yield SUN RI lebih tinggi dibandingkan yield negara lain, yaitu: besarnya defisit transaksi berjalan dan besarnya porsi kepemilikan asing di SUN. Keberhasilan mengatasi kedua masalah ini dapat menurunkan yield SUN RI dimasa mendatang.

Untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan, pemerintah tidak bisa melakukan pembatasan impor karena proses produksi manufaktur dan distribusi sangat tergantung dari impor barang modal, bahan baku, dan jasa. Lebih baik pemerintah melakukan deregulasi sektor riil guna menarik investasi penanaman modal langsung dari luar negeri (foreign direct investment) untuk meningkatkan kapasitas produksi nasional. Kebijakan ini merupakan strategi jangka panjang.

Dalam jangka pendek, pemerintah lebih mungkin mendorong peningkatan partisipasi investor domestik untuk berinvestasi di SUN. Pemerintah seharusnya memberikan insentif agar investor lebih memilih SUN sebagai portofolio dasar investasi dan memegangnya dalam jangka panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun