tulisan ini dimuat di kolom OPINI, Koran KONTAN, 29 April 2019.
====.
Uber segera akan melakukan penawaran umum saham perdana (Initial Public Offering, IPO) di bursa Amerika. Dengan valuasi sekitar US$ 100 - 120 miliar, IPO Uber bisa menjadi nilai IPO perusahaan startup IT tertinggi dalam sejarah.
IPO Uber menjadi sangat luar biasa mengingat kerugian Uber juga terbesar dalam sejarah startup IT. Di tahun 2018, kerugian operasional Uber sekitar US$ 3,7 miliar. Sedangkan rugi operasional Uber di tahun 2016 dan 2017 masing-masing sebesar US$3 Miliar dan US$ 4,5 miliar. Setelah berdiri 10 tahun (sejak 2009), akumulasi kerugian Uber lebih dari US$ 12,5 miliar.
Keuangan Perusahaan IT
Salah satu alasan mengapa valuasi Uber sangat tinggi karena dianggap memiliki keunggulan seperti perusahaan teknologi Amazon, Facebook, dan Google. Namun, perbandingan kinerja keuangan Amazon, Facebook, dan Google dengan Uber menunjukkan perbedaan yang sangat jauh.
Amazon mencapai laba pertama di tahun 2003 sebesar US$ 35 juta (sekitar 9 tahun setelah didirikan pada 1994) dengan pendapatan sebesar US$ 5,3 miliar. Google untung sekitar US$ 7 juta di 2001, tiga tahun setelah berdiri (1998), dengan pendapatan hanya US$ 86 Juta. Facebook menghasilkan untung di tahun 2009 dengan nilai sekitar US$ 230 Juta, sekitar 5 tahun setelah berdiri. Saat itu pendapatan Facebook mencapai US$ 777 Juta. Ketiga perusahaan IT unggulan ini mencapai laba dalam waktu kurang dari 10 tahun dengan pendapatan yang jauh lebih kecil dari Uber.
Pendapatan Uber tahun 2018 mencapai US$ 11,3 Miliar. Pada saat Amazon, Google, dan Facebook, memiliki pendapatan diatas US$ 10 Miliar, laba masing-masing perusahaan mencapai US$ 190 Juta, US$ 3,1 Miliar, dan US$ 2,9 Miliar.
Bandingkan juga dengan kinerja keuangan Airbnb (berdiri tahun 2008). Pada tahun 2017, Airbnb memperoleh pendapatan 'hanya' US$ 2,6 Miliar dan untung US$ 100 juta.
Monopoli dan Efek Jejaring
Ada yang menganggap kerugian ini bagian dari strategi investasi Uber untuk mencapai skala ekonomi dan efek jejaring (network effect) pengguna aplikasinya sehingga dapat memonopoli pasar. Lagi-lagi mitos strategi monopoli terbantahkan ketika Uber kalah bersaing dan terpaksa keluar dari berbagai pasar strategis seperti China (2016), Rusia (2017), dan Asia Tenggara (2018).