Mohon tunggu...
Siswa Rizali
Siswa Rizali Mohon Tunggu... Konsultan - Komite State-owned Enterprise

econfuse; ekonomi dalam kebingungan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Suku Bunga dan Pertumbuhan Ekonomi

20 Januari 2016   13:44 Diperbarui: 28 Juni 2016   09:53 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebaliknya, dari tahun 1980-an awal, sampai 2015, suku bunga di Amerika turun drastis. Dari sekitar 12% menjadi 2.3% (terendah 1.5% di 2012). Pertumbuhan rata-rata ekonomi Amerika pada periode yg sama: 2.7%/tahun.

Loh kok pertumbuhan ekonomi lebih rendah? Kan bunga lebih rendah?

Grafik 3. Amerika: US Treasury Yield 1981-2015

[caption caption="Bunga Amerika"]

[/caption]

Grafik 4. Amerika: Pertumbuhan Ekonomi 1981-2015

[caption caption="Pertumbuhan Ekonomi Amerika"]

[/caption]Singkatnya, bukti empiris jangka panjang menunjukkan : tidak bisa ditentukan hubungan jelas antara bunga nominal vs pertumbuhan ekonomi riil. Mengapa? Ya karena pertumbuhan ekonomi fenomena riil terkait dengan berapa barang modal yg terbentuk dalam ekonomi, bagaimana dinamika pertumbuhan penduduk (demografis), dan kombinasi keduanya (perubahan teknologi). Karena kita makhluk sosial, tentunya ada hukum dan konvensi yg digunakan dalam berinteraksi (= institusional). Itulah faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Fenomena moneter nominal tidak relevan bagi pertumbuhan ekonomi.

Perhatikan, pada saat yang sama harga komoditas sumber energi (misal minyak) juga naik & turun secara ekstrim. Tahun 1960 ke 1980 harga minyak naik dari sekitar US$ 1.5/Barrel ke US$ 35/barrel. Terus turun ke US$12.5 di tahun 1998. Naik lagi ke US$100-an di 2011-2013. Sepertinya harga minyak, selain dipengaruhi faktor kebijakan moneter & pergerakan kurs US$, dipengaruhi siklus riil ekonomi. Apalagi pertumbuhan ekonomi US pada periode 1970-1980 selain terbebani kenaikan suku bunga juga kenaikan harga minyak. Dan sebaliknya pada era 1980-1990-an.

Di Indonesia gak jauh beda. Di tahun 1970-1980-an represi finansial berupa bunga rendah tidak menaikkan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan di era 1990-an paska berbagai deregulasi di tahun 1980-an akhir dan awal 1990-an, bunga tinggi tidak menghambat pertumbuhan ekonomi. Paska krisis 1998 dan bunga tahun 2000-an turun  lebih rendah dari 1990-an, tetap aja ekonomi Indonesia tumbuh lebih rendah dari era bunga tinggi 1990-an. Tapi beban utang luar negri yg kebablasan lah yg jadi batu sandungan di 1998. ( Jadi nasihat yg tepat, berapa pun tingkat suku bunga, Neither a borrower nor a lender be).

Kesimpulan: jangan lah pemerintah terlalu sibuk mikirin variabel yang gak ada hubungannya dengan ekonomi riil.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun