Mohon tunggu...
Siswa Rizali
Siswa Rizali Mohon Tunggu... Konsultan - Komite State-owned Enterprise

econfuse; ekonomi dalam kebingungan

Selanjutnya

Tutup

Money

Menyikapi Pudarnya Jokowi Effect

22 Oktober 2015   14:01 Diperbarui: 22 Oktober 2015   17:03 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagaimana dinamika IHSG, indikator finansial seperti nilai tukar dan harga surat utang negara juga sulit memberikan arahan kemana sebenarnya ekonomi akan bergerak.

# # # #

Mungkin lebih baik menggunakan pertumbuhan ekonomi mengukur kinerja pemerintah Presiden Jokowi?

Faktanya, pertumbuhan ekonomi adalah fenomena jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi bersumber pada: pembentukan barang modal, peningkatan produktivitas tenaga kerja, inovasi teknologi produksi, dan transformasi institusi dimana ketiga faktor produksi itu berinteraksi.

Meski pertumbuhan ekonomi diukur dalam periode per tahun, pembangunan barang modal sekala besar (seperti jalan tol dan pelabuhan) merupakan proyek jangka panjang (bisa lebih dari 3 tahun). Manfaatnya pun dirasakan puluhan tahun ke depan. Contoh sederhana, lapangan terbang terbesar Indonesia “Soekarno Hatta Cengkareng” adalah barang modal warisan dari era Presiden Soeharto. Sedangkan keseluruhan Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta yang selesai 2014 ternyata sudah dibangun sejak 1990. Tenaga Kerja yang ada saat ini mayoritas adalah hasil didikan era Presiden Soeharto (1980-1990-an).

Mencoba mengukur kinerja Jokowi dengan pertumbuhan ekonomi tidak mungkin dilakukan dalam waktu satu tahun. Ekstrimnya, kinerja ekonomi era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono boleh jadi hasil warisan pembagunan era Presiden Soeharto yang kemudian terbantu oleh booming kredit dan komoditas global 2003-2010. Apalagi mengingat minimnya pembangunan infrastruktur di Era Reformasi dan restrukturisasi utang pemerintah sepanjang tahun 2000-an membatasi kebijakan fiskal untuk menstimulus pertumbuhan ekonomi.

# # # #

Jelas lah indikator finansial dan ekonomi riil seperti perumbuhan ekonomi tahunan tidak dapat digunakan mengukur Jokowi Effect maupun kinerja pemerintah. Dinamika indikator-indikator ekonomi tersebut juga diluar kontrol pemerintah. Lagipula, indikator finansial populer seperti IHSG tidak menjadi indikator kebijakan atau target kebijakan ekonomi pemerintah.

Pemerintah seharusnya fokus pada perbaikan proses tata kelola sumber daya ekonomi yang potensial mempengaruhi pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Perbaikan iklim usaha dan investasi, pengadaan infrastruktur, kepastian hukum dan keamanan, dan perbaikan sumberdaya manusia, merupakan berbagai aspek dimana kebijakan pemerintah dapat memiliki peran penting dalam pembangunan. Realokasi subsidi BBM untuk pendidikan, pembangunan infrastruktur MRT dan trans Sumatra, itu yang bisa menjadi Jokowi Effect sebenarnya.

Kesemua aspek tersebut diharapkan nantinya akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. Disertai perbaikan-perbaikan pada indikator pembangunan ekonomi lain seperti: perbaikan pendapatan masyarakat, penciptaan lapangan kerja, dan pemerataan pembangunan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun