There are fads and styles in the stock market just as there are in women's clothes. ... These investment fads and misinterpretation of facts may run for several months or several years. In the long run, however, realities not only terminate them, but frequently, for a time, cause the affected stocks to go too far in the opposite direction. (Philip Fisher, Common Stock and Uncommon Profits).
Sepertinya formasi bubble di emerging market terjadi di Indonesia. Di saham, yg memimpin kali ini adalah ASII cs (ASII & UNTR), BMRI, dan BBCA. Dari sisi obligai, yield obligasi 10 tahun jatuh dibawah 7% (sebelumnya terendah di 7% (Oktober 2010)). Sedangkan rupiah telah menembus 8500 (terkuat sebelumnya sekitar 8700 di Mei 2006 dan Mei 2007).
Saat ini rally di bursa saham di dominasi sektor konsumer/konsumsi domestik. Dari kapitalisasi pasar, top ten yg menonjol sesuai tema consumer (% terhadap total kapitalisasi pasar): ASII (8.5%), BBCA (5.7%), BMRI (5.2%), BBRI (4.7%), dan GGRM (2.9%) (bank termasuk konsumsi domestik dilihat dari aspek pembiayaan spt KPR, kredit konsumsi - mobil, kartu kredit, kredit tanpa agunan).
Kondisi ini mengingatkan saya saat puncak bullish 2007-2008 yang dipimpin grup Bakrie cs dan saham komoditas. Memang kapitalisasi pasar Juni 2008, top ten yg menonjol sesuai tema komoditas/Bakrie termasuk: BUMI (9.3%), INCO (3.5%), BNBR (2.9%).
Dari valuasi, saat ini yang realtif mahal adalah saham consumer/konsumsi domestik. Sebaliknya pada saat bullish 2007-2008 yang valuasinya relatif mahal adalah saham grup bakrie dan saham komoditas (batubara, pertambangan, dan pertanian).
ASII saat ini mungkin tidak luar biasa di Price Earning Ratio (PER) 19.5X dibandingkan 17X pada akhir 2007. Namun untuk yang lain terlihat pola cukup menarik (PER 2007): GGRM 23X (2007 11X), MAPI 30X (2007 10X), KLBF 24X (2007 18X), MYOR 25x (2007 9X) TSPC 20X (2007 12X). Untuk bank, Price Book Ratio (PBV) melewati 4X: BBCA 5.7x dan BBRI 4.2X.
Sebaliknya bandingkan valuasi saham favorit 2007 saat ini: INCO 11X (2007 25X), BUMI20X (2007 60X), MEDC 9.5X (2007 30X), AALI 15X (2007 30X), LSIP 12.5 X (2007 40X), SGRO 11X (45X), UNSP 5X (2007 37X), ANTM 10X (2007 30X).
Penulis jadi ingat sebuah email yang menyatakan bahwa saham ANTM bisa ke 200000 (atau setelah stock split harganya setara 40000 saat ini) (Lihat " WAJAR BILA ANTM BISA TEMBUS RP. 200'000" http://www.mail-archive.com/obrolan-bandar@yahoogroups.com/msg42723.html ). Saat ini saya tidak yakin orang masih optimis tentang ANTM akan ke 40000 seperti saat itu (kecuali anda pengikut Peak Oil Theory atau baru2 ini membaca Quarterly Letter dari Jeremy Grantham dari www.gmo.com).
Makanya penulis melihat kondisi saham konsumer saat ini teringat dengan kondisi saham komoditas/Bakrie cs di pertengahan 2008, teringat kondisi saham internet/teknologi tahun 1999, dan teringat saham perbankan/properti di tahun 1996/97. Pernyataan Philip Fisher yg dikutip perlu diperhatikan karena sering sekali tema investasi berganti, tapi fakta tidak berubah: valuasi mahal tidak akan memberikan return yg luar biasa.
Memang ada argumen: perbedaan PER menunjukkan prospek pertumbuhan saham. Perlu juga diperhatikan bahwa saat sektor tertentu sangat bullish, optimisme mengenai prospek pertumbuhan menjadi sangat bias pada sektor terkait. Jadi tahun 1990-an orang optimis tentang pertumbuhan saham sektor properti/bank, akhir 1990-an orang optimis akan pertumbuhan saham teknologi/internet, tahun 2006-2007 giliran optimis saham komoditas, dan saat ini ya saham konsumer/konsumsi domestik.
Karenanya rotasi sektoral dalam berinvestasi saham perlu diperhatikan, sehingga investor tidak terjebak dalam optimisme akan prospek usaha yang sebenarnya hanya sebuah fantasi yang ditiupkan oleh komunitas finansial/broker.
happy riding the bubble of 2011!!!
btw, untuk investasi pertanyaannya apakah 2-3 tahun kedepan yg outperform adalah saham sektor konsumer ala ASII bank GGRM MAPI KLBF? atau malah saham sektor lain spt pertambangan (INCO MEDC) atau properti (yg sudah lama tidur dan akhir2 ini menggeliat kembali).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H