Berlari mengejar bayangan sendiri
Menyentuh batas abu-abu diriku yang tersembunyi
Menggeliat dalam gelap, menggelitik hingga berdarah, meronta hingga putus pita suara
Bekas tapak tergambar di atas aspal panas
Melepuh, nanar, bernanah menyisakan jejak berdarah-darah
Kukira batu, tapi ternyata kayu
Kusandar lalu patah dan jatuhku semakin parah
Kukira kompas, tapi ternyata nahas
Bukan arah mata angin yang aku dapati
Cuma hembus angin yang bermain di ujung daun telingaku sambil berkata
Pecundang
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!