Malam menghitam
Ketika kunang-kunang menyambangi pucuk-pucuk lalang
Suara jangkrik senada dengan alam, dipeluk berselimutkan anyaman cendawan
Aku rebah, pasrah
Kunikmati layar hitam lebar diatas pandang
Bermain dengan butir-butir gerimis gemericik memecah suara anak sungai
Dari bawah sini aku pandangi cakrawala
Kukantongi daun-daun yang jatuh dalam dingin, kukutip sejumput senyum yang tercecer tersembunyi tinggi lalang
Kusibak batang tiap batangnya, kusisir tiap sudut dan kolong
Kau bertamu di bibir pedih, kukecup dan kulumat pelan-pelan biar mendidih
Mendidih sampai membubur nurani
Punggungmu terisi, dengan tubuh yang kau damba
Dengan hasrat yang membara
Dengan napas yang berlomba
Dengan jantung yang berdegup berirama
Dengan peluh dan lelah nikmat yang tersisa dan kau damba ulang
Sejumput kecupan hangat dikening kau hadiahkan
Dari sekali kau berangan berkali-kali
Seketika menjadi puncak candumu
Kau nikmati dengan harap berulang, gagahmu dengan napas yang berlomba cepat beriringan lemah desahan nikmat anak hawa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H