Entah naluri apa yang menuntun kakiku untuk meraih hp nya. Aku cek riwayat pesanan ojol Bapak. Tak sedikit tanggapan buruk dari penumpang Bapak yang kecewa karena Bapak hanya bisa memberikan polybag untuk mereka. Sekarang aku paham. Polybag itu bapak sediakan untuk penumpangnya, dan kantong plastik itu yang dipakai Bapak untuk menutup kepalanya kemudian dilapisi helm.
Bapak benar. Aku memang sudah besar, tapi caraku menandang hidup sungguh tak lebih dari seorang anak SD. Aku bahkan tak sanggup melihat apa yang dilewati Bapak setiap hari.
"Ga, kau dimana?" Tanya Bapak sedikit agak marah.
"Bapak uda bangun?" Tanyaku balik.
"Pulang kau sekarang"
"Iya, Pak. Iya."
Aku tau pasti Bapak sedang sangat marah karena aku pergi membawa motor kesayangannya. Sepaket dengan hp nya. Demi menghukum Bapak istirahat sehari saja di rumah.
Muka Bapak merah padam. Tapi aku sudah siap dengan semua marahnya.
"Jam berapa kau mulai narik ojol?" bapak memulai interogasinya.
"Jam lima, Pak." Jawabku sambil menunduk.
Bahkan sampai diumurku yang sekarang, aku tak pernah berani menatap Bapak ketika marah.