Mohon tunggu...
Piccolo
Piccolo Mohon Tunggu... Hoteliers - Orang biasa

Cuma seorang ibu biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lubang Ukuran 2.5 x 1.5 Meter yang Kusiapkan Disampingmu

10 Oktober 2020   23:18 Diperbarui: 10 Oktober 2020   23:33 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suara pecahan kaca begitu meriah terdengar dari arah dapur. Tia mengendap-endap merayap ke sudut tempat tidur meraih hp-nya. Dia berjuang melawan rasa takutnya demi untuk mencari pertolongan.

Na, tolong aku. Tolong Mama. SEKARANG!!!

Tak ada respon dari Ana. Tia gemetar menanti centang dua di layar hp nya berubah menjadi warna biru. Sementara Tia masih harus dipaksa mendengarkan pertengkaran hebat orang tuanya yang belum juga reda.

"Kubunuh kau!" Teriakan Cokro meninggi seperti petir.

Tia berlari menuju dapur. Dia sudah tak peduli lagi pada pesan Ibunya. Dia berlari menerabas pecahan beling demi memeluk Ibunya yang sudah tergeletak di lantai penuh darah. Tia menyeret linggis yang sudah lama disiapkannya di kolong tempat tidur. Cokro rubuh.

Tia meletakkan jarinya dibawah hidung Meta. Berharap Ibunya masih bernapas setelah penuh luka dan mengeluarkan banyak darah.

"Kubunuh kau!!!" Ucap Tia lirih penuh dendam di hadapan tubuh Cokro yang sedang kehilangan kesadaran.

"Tiaaa...." Teriakan Ana dan kedua orang tuanya menyadarkan Tia dari setan yang sedang merasuki otaknya.

"Polisi lagi jalan ke sini. Papa tunggu polisi nyampe. Mama antar mereka ke rumah sakit, ya. Nanti Papa nyusul." Berta menuruti arahan Fahri.

Meta meninggal ketika sedang ditangani dokter. Kondisinya memang parah. Benturan di kepala belakangnya membuat pembuluh darahnya pecah. Tia menyalahkan dirinya sendiri. Andai aku tak bersembunyi terlalu lama di dalam lemari, mungkin Mama masih bisa selamat.

Sejak kehilangan Meta, Tia tinggal bersama Ana dan keluarganya. Tia tak pernah ingin kembali ke rumah itu. Tia pernah meminta bantuan orang tua Ana untuk menjual rumah itu. Tapi orang tua Ana melarang. Karena rumah itu dibeli Meta dari hasil keringatnya. Tia tak kehilangan tempat berteduh. Berta dan Fahri memberikan Tia rumah baru untuk pulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun