Dalam sebuah video yang tersebar di media sosial yang cukup viral beberapa waktu lalu, memperlihatkan bagaimana seorang anak yang kira-kira berusia 3 tahun, meniru perbuatan yang dilakukan oleh orang tuanya. Video tersebut bermula dari bagaimana seorang ayah yang selalu membantu istrinya membereskan dan merapikan rumah dengan menyapu, di saat sang istri sedang beristirahat. Perbuatan itu telah menjadi kebiasaan ayah yang selalu membereskan rumah. Tanpa disadari, ayah yang selalu menyapu rumah, terekam dalam memori sang anak.
Suatu ketika, ayah telah menyiapkan sapu di ruang tengah, yang akan ia digunakan untuk membersihkan rumah. Sesaat sebelum membersihkan, ayah pergi ke dapur untuk mengambil sesuatu. Tiba-tiba, sekembalinya dari dapur, saat hendak mengambil sapu, sang anak telah memegang sapu dan menirukan perbuatan ayah bagaimana biasanya ia menyapu. Sontak, kejadian itu mengagetkan ayah dan istrinya. Tentu saja kejadian tersebut menjadi fenomena yang menggembirakan bagi ayah dan sang istri, sebab anaknya menirukan perbuatan positif yang biasa dilakukan oleh ayah.
Bukti empiris demikian menunjukkan bagaimana perbuatan dapat memengaruhi orang lain. Terlebih, relasi orang tua dan anak yang sangat dekat, akan sangat mudah memengaruhi tindakan dan perilaku sang anak. Anak adalah duplikat terbaik yang dihasilkan oleh orang tua, termasuk dengan perbuatan yang dilakukannya. Saat perbuatan yang sering dilakukan oleh orang tua adalah perbuatan positif, anak cenderung akan selalu melakukan perbuatan seperti yang biasa dilakukan oleh orang tuanya. Begitu juga sebaliknya.
Ratu Elizabeth II pernah berkata, “Aku belajar seperti proses belajarnya kera, yaitu dengan menyaksikan orang tua dan meniru mereka.” Demikianlah perbuatan memengaruhi orang lain bertindak dan berbuat. Oleh karenanya, sangat penting bagi kita untuk menjadi contoh dengan melakukan perbuatan yang baik sehingga memberikan pengaruh positif bagi lingkungan sekitar.
Perhatikan Tindakanmu
Saat bersosialisasi dengan orang sekitar, kita akan menemui banyak orang dengan ragam karakter yang berbeda. Ada yang yang baik etikanya, santun, dan menghormati orang lain, yang ditandai dari cara dia memperlakukan dan memberikan reaksi pada orang lain. Namun, tidak sedikit pula, ada banyak orang yang menampilkan sikap dan perbuatan yang justru jauh dari nilai-nilai penghormatan terhadap sesama. Merendahkan orang lain dan memandang sebelah mata acapkali menjadi perbuatan yang ditampilkan oleh orang-orang yang tidak memahami kekuatan perilaku. Mereka tidak sadar bahwa perbuatan yang mereka lakukan justru menimbulkan impresi negatif. Karena itulah, sangat penting untuk memperhatikan perbuatan yang kita lakukan. Instropeksi dan evaluasi diri menjadi saluran utama bagi seorang individu untuk menilai dirinya apakah telah melakukan perbuatan baik atau sebaliknya.
Dalam salah satu hadits yang cukup populer, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak.” Rasulullah menggambarkan pentingnya posisi akhlak yang merupakan bagian dari perbuatan. Sekecil apapun perbuatan yang kita lakukan, ia memiliki potensi untuk merubah perilaku, baik diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Tanpa disadari, perbuatan yang kita lakukan akan membentuk karakter dan jati diri kita. Demikian juga saat perbuatan itu diulang secara terus-menerus akan membentuk kebiasaan. Saat perbuatan itu baik, akan berdampak positif pada sekelilingnya. Sebaliknya, saat perbuatan itu merugikan orang lain, justru akan menurunkan martabat ia sebagai seorang individu yang merupakan bagian dari makhluk sosial.
Willam James, seorang filsuf dan psikolog asal Amerika Serikat, mengatakan bahwa, “Penemuan terbesar generasi saya adalah bahwa manusia dapat mengubah hidupnya dengan mengubah sikap mentalnya.” Sebegitu pentingnya sikap mental yang merupakan bagian dari perbuatan, berpengaruh signifikan terhadap perubahan diri dan sekitarnya. Sederhananya, perbuatan yang dilakukan akan menghasilkan perubahan. Saat bersikap baik, maka sekeliling kita akan berubah menjadi baik. Demikian juga sebaliknya. Jeff Keller dalam bukunya Attitude is Everything menuliskan bahwa, “Jika Anda positif dan antusias, orang pasti ingin melewatkan waktu bersama Anda.”
Lingkaran Kendali
Di dalam melakukan perbuatan, ada yang dapat dikendalikan, dan ada pula yang berada di luar kendali. Berfokus pada apa-apa yang dapat dikendalikan adalah suatu perbuatan yang semestinya dilakukan. Namun tidak jarang juga, sebagian dari kita justru menghabiskan energi dengan berfokus pada apa-apa yang berada di luar kendali. Misalnya, berharap orang lain bersikap sebagaimana yang kita inginkan. Padahal, tindakan dan perilaku orang lain ditentukan oleh keinginan mereka, bukan keinginan kita.
Demikian juga, saat seseorang hendak mendapatkan pekerjaan atau melanjutkan studi, kelulusan bukanlah merupakan hal yang berada di dalam kendali kita. Hal yang berada di bawah kendali kita adalah belajar bagaimana caranya agar kita dapat lulus mendapatkan pekerjaan tersebut atau masuk ke kampus yang kita inginkan. Perbuatan utama yang harus kita lakukan adalah mengerjakan hal yang mampu kita kendalikan, yaitu ikhtiar. Sebagaimana Islam menitikberatkan pada proses, dan Allah yang menentukan hasilnya.
Karena itulah, pentingnya perbuatan yang kita lakukan didasari atas apa yang mampu kita kendalikan. Memberikan diri jalan untuk bersikap dan melakukan perbuatan sesuai dengan kendali akan memberikan kemudahan dalam mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Perbuatan yang didasari kendali atas diri sendiri tidak akan memberikan beban yang begitu berat sebagaimana perbuatan yang berada di luar kendali diri sendiri.
Kita dapat memilih sikap dan perbuatan mana yang akan kita ambil. Berfokus pada apa yang mampu kita kendalikan atau menghabiskan energi untuk merealisasikan pada apa yang tidak mampu kita kendalikan. Charles Rozell Swindol, seorang tokoh agama sekaligus penulis, pernah mengatakan, “Saya yakin kehidupan adalah 10% hal yang terjadi pada saya dan 90% cara saya bereaksi terhadapnya. Demikian pula dengan Anda. Kita memegang kendali atas sikap kita.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H