Mohon tunggu...
Muhammad ZulfikarYusuf
Muhammad ZulfikarYusuf Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

من لم يذق مر التعلم, تجرع ذل الجهل طول حياته

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kesehatan Mental dan Generasi Kita Hari Ini

16 Oktober 2023   00:40 Diperbarui: 16 Oktober 2023   00:44 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa waktu terakhir, kita menyaksikan betapa banyak teman kita yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Situasi demikian tentu menandakan banyak persoalan yang generasi kita hadapi hari ini, utamanya berkaitan dengan kesehatan mental yang berdampak pada depresi yang dialami. 

Bagi sebagian pihak, banyak yang menganggap bahwa persoalan mental yang diidap oleh sebagian orang adalah hal yang biasa, lumrah terjadi pada setiap proses pertumbuhan yang dilewati oleh generasi kita hari ini. Namun kenyataannya, persoalan yang dianggap biasa tersebut sudah merenggut banyak nyawa. 

Karena itu, kita semua harus menyadari bahwa bisa jadi persoalan yang mungkin kita anggap biasa merupakan persoalan extraordinary yang dihadapi oleh orang lain.

Saya mengamati, paling tidak ada dua faktor utama mengapa kondisi demikian bisa terjadi. Pertama, dunia kita saat ini menawarkan hal-hal yang serba instan dan tidak memberikan banyak ruang penghargaan bagi setiap proses pertumbuhan. 

Kondisi ini menyebabkan generasi kita menormalisasi hal-hal yang serba cepat sehingga mengabaikan kebutuhan akan pentingnya sebuah proses. 

Dampaknya, generasi kita tumbuh dengan paradigma dan perspektif bahwa segala sesuatu harus diraih dengan instan tanpa membutuhkan proses yang panjang.

Kedua, generasi kita saat ini hidup di era yang sangat modern sehingga menyebabkan akses terhadap informasi tak terbatas (too much information) yang bisa didapatkan kapan saja dan dalam waktu yang sangat singkat. 

Pada kondisi tertentu, akses terhadap informasi memang sangat dibutuhkan dan berdampak positif bagi perkembangan kehidupan, namun perlu disadari, informasi yang tak terbatas juga bisa memberikan dampak buruk bagi jiwa seseorang. 

Dalam konteks inilah kesehatan jiwa seseorang dapat dipengaruhi oleh tak terbatasnya informasi yang ia dapatkan yang tidak dikelola dengan baik.

Implikasi dari dua faktor utama tersebut menyebabkan standarisasi hidup generasi kita saat ini mengalami pergeseran. 

Dunia yang menuntut serba cepat dan menawarkan hal-hal yang serba instan dan pada saat yang bersamaan terlalu banyak mengonsumsi informasi yang tak terbatas menyebabkan ia menjadikan informasi yang cepat tersebut sebagai standar keberhasilan bagi kehidupan yang dijalaninya. 

Saat standar itu tidak mampu dilalui secara perlahan bertumbuh menjadi tekanan hidup dan menyebabkan generasi kita mudah depresi dan frustasi. Akibat paling fatal dari kondisi demikian adalah bunuh diri; yang banyak kita saksikan hari ini.

Dalam konteks ini, maka kita perlu memahami bahwa dalam hidup ada yang disebut dengan lingkaran kendali; di mana ada hal-hal yang bisa kita kendalikan dalam hidup, seperti sikap kita, pola pikir kita, dan hal-hal apapun itu yang berada dalam kendali kita, demikian pula hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan. 

Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk fokus pada hal-hal apa yang dapat kita kendalikan, dengan tidak menjadikan orang lain sebagai standar kehidupan yang kita jalani.

Itulah sebabnya mengapa penting bagi kita untuk memahami bahwa proseslah yang akan membentuk generasi kita. Sebab kebijaksanaan yang kita hasilkan adalah akumulasi dari proses yang kita lakukan. 

Jika generasi kita memahami bahwa demikianlah seharusnya merefleksikan hidup, tentu dunia yang serba cepat dan informasi yang tak terbatas tidak akan mengganti prinsip hidup yang kita yakini bahwa sebuah proseslah yang akan meningkatkan kualitas hidup kita, bukan dari standar hidup yang dibuat oleh orang lain. 

Dan tentu, hal demikian hanya dapat dicapai dengan kendali atas diri kita sendiri, sebagaimana kata Tan Malaka, “Terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk.”

Karena itu, penting bagi kita untuk menyadari bahwa persoalan jiwa dan kesehatan mental yang dihadapi oleh generasi kita saat ini tidak lagi dapat dianggap remeh. 

Sebaliknya, sebagai generasi yang hidup di zaman yang serba kompleks ini, seyogyanya kita perlu memahami bahwa masyarakat kita, khususnya bagi seorang muslim, adalah laksana sebuah bangunan, yang perlu untuk menguatkan satu sama lain, sebagaimana dalam sebuah hadits, “Seorang mukmin dengan mukmin lainnya seperti satu bangunan, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain.” Mari belajar untuk saling memahami, mendengarkan dan menjadi rahmat bagi sekitar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun