Saat standar itu tidak mampu dilalui secara perlahan bertumbuh menjadi tekanan hidup dan menyebabkan generasi kita mudah depresi dan frustasi. Akibat paling fatal dari kondisi demikian adalah bunuh diri; yang banyak kita saksikan hari ini.
Dalam konteks ini, maka kita perlu memahami bahwa dalam hidup ada yang disebut dengan lingkaran kendali; di mana ada hal-hal yang bisa kita kendalikan dalam hidup, seperti sikap kita, pola pikir kita, dan hal-hal apapun itu yang berada dalam kendali kita, demikian pula hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan.
Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk fokus pada hal-hal apa yang dapat kita kendalikan, dengan tidak menjadikan orang lain sebagai standar kehidupan yang kita jalani.
Itulah sebabnya mengapa penting bagi kita untuk memahami bahwa proseslah yang akan membentuk generasi kita. Sebab kebijaksanaan yang kita hasilkan adalah akumulasi dari proses yang kita lakukan.
Jika generasi kita memahami bahwa demikianlah seharusnya merefleksikan hidup, tentu dunia yang serba cepat dan informasi yang tak terbatas tidak akan mengganti prinsip hidup yang kita yakini bahwa sebuah proseslah yang akan meningkatkan kualitas hidup kita, bukan dari standar hidup yang dibuat oleh orang lain.
Dan tentu, hal demikian hanya dapat dicapai dengan kendali atas diri kita sendiri, sebagaimana kata Tan Malaka, “Terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk.”
Karena itu, penting bagi kita untuk menyadari bahwa persoalan jiwa dan kesehatan mental yang dihadapi oleh generasi kita saat ini tidak lagi dapat dianggap remeh.
Sebaliknya, sebagai generasi yang hidup di zaman yang serba kompleks ini, seyogyanya kita perlu memahami bahwa masyarakat kita, khususnya bagi seorang muslim, adalah laksana sebuah bangunan, yang perlu untuk menguatkan satu sama lain, sebagaimana dalam sebuah hadits, “Seorang mukmin dengan mukmin lainnya seperti satu bangunan, sebagiannya menguatkan sebagian yang lain.” Mari belajar untuk saling memahami, mendengarkan dan menjadi rahmat bagi sekitar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H