Dalam beberapa waktu terakhir, kita menyaksikan betapa banyak teman kita yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Situasi demikian tentu menandakan banyak persoalan yang generasi kita hadapi hari ini, utamanya berkaitan dengan kesehatan mental yang berdampak pada depresi yang dialami.Â
Bagi sebagian pihak, banyak yang menganggap bahwa persoalan mental yang diidap oleh sebagian orang adalah hal yang biasa, lumrah terjadi pada setiap proses pertumbuhan yang dilewati oleh generasi kita hari ini. Namun kenyataannya, persoalan yang dianggap biasa tersebut sudah merenggut banyak nyawa.Â
Karena itu, kita semua harus menyadari bahwa bisa jadi persoalan yang mungkin kita anggap biasa merupakan persoalan extraordinary yang dihadapi oleh orang lain.
Saya mengamati, paling tidak ada dua faktor utama mengapa kondisi demikian bisa terjadi. Pertama, dunia kita saat ini menawarkan hal-hal yang serba instan dan tidak memberikan banyak ruang penghargaan bagi setiap proses pertumbuhan.Â
Kondisi ini menyebabkan generasi kita menormalisasi hal-hal yang serba cepat sehingga mengabaikan kebutuhan akan pentingnya sebuah proses.Â
Dampaknya, generasi kita tumbuh dengan paradigma dan perspektif bahwa segala sesuatu harus diraih dengan instan tanpa membutuhkan proses yang panjang.
Kedua, generasi kita saat ini hidup di era yang sangat modern sehingga menyebabkan akses terhadap informasi tak terbatas (too much information) yang bisa didapatkan kapan saja dan dalam waktu yang sangat singkat.Â
Pada kondisi tertentu, akses terhadap informasi memang sangat dibutuhkan dan berdampak positif bagi perkembangan kehidupan, namun perlu disadari, informasi yang tak terbatas juga bisa memberikan dampak buruk bagi jiwa seseorang.Â
Dalam konteks inilah kesehatan jiwa seseorang dapat dipengaruhi oleh tak terbatasnya informasi yang ia dapatkan yang tidak dikelola dengan baik.
Implikasi dari dua faktor utama tersebut menyebabkan standarisasi hidup generasi kita saat ini mengalami pergeseran.Â
Dunia yang menuntut serba cepat dan menawarkan hal-hal yang serba instan dan pada saat yang bersamaan terlalu banyak mengonsumsi informasi yang tak terbatas menyebabkan ia menjadikan informasi yang cepat tersebut sebagai standar keberhasilan bagi kehidupan yang dijalaninya.Â