Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Sinterklas Tersesat

19 Desember 2024   19:40 Diperbarui: 19 Desember 2024   18:05 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari pixabay.com

Di bawah purnama dan sisa-sisa gerimis
Sinterklas berjalan pelan-pelan menyusuri tepian kota.
Pundaknya dipenuhi karung-karung
berisi aneka macam hadiah untuk bocah-bocah yang tengah terlelap.

Sayangnya
langkahnya tersentak-sentak
napasnya tersengal-sengal
dan keringat membanjiri kening serta hidungnya yang besar.

Malam ini
tidak ada orang tua yang mau menerima
hadiah-hadiah itu,
takut harus membayar PPN 12%, kata mereka.
Padahal Sinterklas sudah jelas-jelas
memberi disclaimer di kertas kado
kalau hadiah-hadiah itu bebas PPN.

Ditambah lagi Rudolf dan kawanannya
sedang sakit demam rusa terbang,
sehingga malam ini tidak bisa membantunya
terbang lintas benua dalam hitungan jam seperti biasanya.

Sinterklas terkejut.
Lampu jalanan, kursi taman yang dicat abu-abu,
tong sampah setengah penuh, barisan pohon ketapang cendana,
dia sudah melewati tempat ini tadi,
sepertinya dia hanya berjalan berputar-putar saja selama ini.

Dia pun menghempaskan karung-karung hadiah dan pantatnya
ke atas kursi taman
lalu melihat sekali lagi aplikasi maps di layar gawainya.
Semakin dicermati, dia terlihat semakin bingung.

Dia pun menangis tersedu-sedu.
sendirian
di ujung malam yang sepi.

Kasihan.

Sepertinya sesekali
kita-lah yang harus memberi hadiah
dan membuatnya gembira.

---

makassar, 19 desember 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun