Dalam manajemen keuangan, utang adalah salah satu solusi untuk mengatasi keterbatasan likuiditas saat memenuhi kebutuhan tertentu. Misalnya kebutuhan untuk melangsungkan pesta pernikahan, sama halnya dengan utang yang dilakukan untuk pembelian kendaraan atau rumah. Perbedaannya terletak pada posisi keuangan setelah berutang. Pinjaman untuk rumah atau kendaraan itu dikonversi menjadi aset.Â
Jadi di neraca keuangan pribadi kita, utang memang bertambah tapi aset pun bertambah. Aset ini kemudian bisa mendatangkan nilai ekonomi sebagai pendapatan jika asetnya disewakan, misalnya, atau jika suatu saat dijual kembali dengan harga lebih tinggi. Makanya utang seperti ini disebut good debt atau utang baik.
Sedangkan utang untuk pesta pernikahan sifatnya konsumtif karena uangnya memang benar-benar dihabiskan, tidak dikonversi menjadi aset seperti ilustrasi di atas. Oleh karena itu pasangan yang akan memasuki rumah tangga baru harus berhitung dengan baik sebelum memutuskan mengambil utang atau pinjaman untuk pesta pernikahan.
Apakah bijak berutang untuk melangsungkan pernikahan?Â
Ini pertanyaan yang biasa memicu diskusi panjang, padahal jawabannya sangat relatif. Bijak atau tidak sebenarnya harus dikembalikan ke pasangan yang akan melakoninya. Bagaimana konsep pesta pernikahannya? minimalis saja, menengah atau mewah? lalu bagaimana dengan sumber dana yang ada, apakah memadai atau tidak?
Jika memungkinkan, utang untuk sesuatu yang sifatnya konsumtif seperti pesta sebaiknya dihindari. Tapi, ya itu tadi, tidak semua orang memiliki likuiditas yang memadai untuk melangsungkan pesta pernikahan tanpa berutang.Â
Jadi utang adalah pilihan untuk menyelesaikan masalah keterbatasan dana. Tapi karena konsekuensi setelah berutang adalah kita harus membatasi daya beli di masa yang akan datang, kita mesti membuat pengelolaan utang dengan baik.
Jalan tengah yang bisa ditempuh adalah berutang dengan memperhatikan rasio utang pribadi sebagai acuan utama dari keputusan keuangan pasangan yang akan menikah.Â
Rasio utang dapat didefinisikan sebagai alokasi dari pendapatan yang digunakan untuk membayar utang dan dihitung dalam bentuk persentase. Beberapa referensi menetapkan standar yang berbeda untuk rasio utang ini, tapi pada umumnya rasio utang idealnya berada pada kisaran 30%-40% dari pendapatan.Â