Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dag Dig Dug Menanti Kabar

27 Agustus 2024   20:57 Diperbarui: 27 Agustus 2024   20:58 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam semakin larut. Jarum jam sudah menunjuk angka 10 lewat 15 menit. Mestinya di waktu-waktu seperti ini waktunya beranjak ke peraduan untuk menyambut mimpi dan membiarkan tubuh berisirahat sepuasnya. Tapi tidak dengan Asmuni. Lelaki yang usianya baru saja menginjak kepala lima ini masih benar-benar terjaga.

Sejak tadi dia mondar-mandir di dalam rumah. Sesekali mengambil minum di dapur lalu ke kamar kerjanya, lalu ke ruang tamu. Ke dapur, ruang tamu, kamar kerja. Keningnya berkerut-kerut pertanda sedang memikirkan sesuatu dalam-dalam. Sampai-sampai sapaan-sapaan istri tercinta tidak terlalu dihiraukannya.

Empat jam yang lalu, dia terlibat percakapan serius dengan kawan kuliahnya yang saat ini menjadi salah satu pejabat teras partai berlambang unicorn. Partai ini adalah partai besar di tanah air dan banyak meraup suara konstituen pada pemilihan legislatif belum lama ini. Bono, nama kawan tersebut.

Berbeda dengan Asmuni yang memang cerdas dan bersinar, Bono adalah typical mahasiswa yang kemampuan akademiknya sebatas rata-rata. Hanya saja sejak dulu Bono memang terkenal supel, mampu bergaul dengan mudah. Lingkar pertemanannya cukup luas, mulai dari pejabat organisasi mahasiswa, dosen, tukang kebun sampai preman-preman di sekitar kampus. Bakat inilah yang membuat karir politiknya melejit sampai di jajaran petinggi parpol.

Beberapa waktu terakhir parpol ini menjalin komunikasi dengan Asmuni mengenai peluangnya berlaga di pemilihan gubernur ibu kota. Namanya memang kinclong pada sejumlah survei elektabilitas. Sayangnya, Asmuni ini politisi non-partai dan sejak awal membangun citra sebagai orang independen, tidak bisa ditarik sana-sini sebagai petugas partai. Ini membuat parpol mesti berhitung dengan cermat jika ingin mengusungnya. Jadi lobi-lobi dari partai unicorn ini adalah kesempatan baik untuknya. Dia punya elektabilitas dan parpol punya mesin politik. Klop sudah.

Hanya saja, sampai menjelang tenggat waktu pendaftaran calon gubernur ke KPU, partai belum memberikan kepastian untuknya.

"Malam ini kita dapat kepastian, Bro," ucap Bono di ujung telepon sore tadi.

"Sebenarnya peluang saya berapa besar sih, Bro?" tanya Asmuni lagi.

"Saat ini bisa dibilang fifty-fifty. Suara petinggi parpol terbelah dua, sebagian mendukung kamu, sebagian tidak. Sebenarnya Ibu Ketum sudah sempat diyakinkan beberapa hari lalu. Tapi pasti ada pembisik-pembisik yang membuatnya goyah lagi. Kamu tahu sendiri kan, ada beberapa orang dekat Ketum yang kurang suka denganmu, Bro,"

"Saya mengerti."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun