Demikianlah, Pak Menteri membuka pintu demi pintu yang mengantarnya ke berbagai tempat. Dia sendiri tidak sempat menghitung lagi berapa banyak pintu yang sudah terbuka, seperti juga tidak bisa menghitung berapa kali dia pingsan dan bermimpi lebih dalam.
Pada akhirnya dia sampai di pintu terakhir. Pintu itu tertanam di kaki tebing batu. Ya, dia ingat tempat ini. Di sini pertama kali dia melihat monster Ransomware dari jarak dekat.
Kunci perak dimasukkan ke lubang kunci. Pak Menteri mengembuskan napas panjang-panjang, sebelum memutar kunci tersebut.
Cklek!Â
Perlahan-lahan dia memuntir gagang pintu dan mendorongnya agar membuka lebih lebar.
Sekonyong-konyong tubuhnya tersedot dengan cepat ke balik pintu, lalu terputar-putar seperti gasing di ruangan hampa sebelum akhirnya jatuh dengan deras dan ... semuanya hitam gelap.
"Haah!?"
Pak Menteri terbangun dari tidurnya. Keringat sebesar biji jagung membanjiri kening dan membasahi baju kaosnya.
Dia memandangi lamat-lamat semua benda-benda di sekitarnya. Jam dinding, meja kerja, kaca rias milik istrinya, tempat tidur, kasur ....
Pak Menteri lega. Ini benar-benar dunia nyata. Dia sekarang berada di rumah, di kamar tidurnya sendiri. Matahari pagi yang masih bersinar malu-malu mengintip dari balik jendela.
Istri tercinta sudah menghilang dari kamar. Biasanya dia memang bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan dan melakukan pekerjan rumah lainnya.