Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memangkas Jejak Karbon dengan Hemat Energi untuk Masa Depan

6 Februari 2024   12:15 Diperbarui: 6 Februari 2024   12:21 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar oleh GreenCardShow dari pixabay.com

Ratusan tahun lamanya bahan bakar fosil telah menjadi sumber energi utama untuk memutar jalannya peradaban. Oleh karena itu jika rajin menyimak sejarah, kita tahu banyak kisah penting dalam sejarah manusia di seluruh belahan dunia yang dilatarbelakangi perburuan minyak dan batu bara.

Setelah kesadaran mengenai ketersediaan bahan bakar fosil yang terus menyusut dan dampaknya yang kurang baik pada kelestarian lingkungan, pencarian dan penggunaan bahan bakar alternatif pun digiatkan. Program-program jangka pendek maupun jangka panjang dilakukan oleh pemerintah di seluruh dunia untuk menemukan sumber energi yang lebih ramah lingkungan.

Namun tetap saja sampai hari ini pemanfaatan energi yang bersumber dari bahan bakar fosil masih sangat mendominasi. Ambil contoh di negara kita, pasca debat cawapres beberapa waktu lalu, databoks.datakata.co.id merilis data dari kementerian ESDM mengenai bauran sumber energi yang digunakan di negara kita (data 2023). Berdasarkan data tersebut, bahan bakar fosil yaitu batu bara, minyak bumi dan gas bumi mengambil porsi sebesar 86,91% dan energi baru terbarukan (EBT) hanya sebesar 13,09%.

Sebagai informasi, pemerintah menargetkan penggunaan EBT sebesar 15% pada tahun 2022, namun realisasinya hanya 12,3% dan meningkat 0,79% saja sampai tahun 2023.

gambar dari tangkap layar databoks.datakata.co.id
gambar dari tangkap layar databoks.datakata.co.id

Memangkas Jejak Karbon

Usaha-usaha untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil harus terus dilakukan, pasalnya bahan bakar fosil menjadi menyumbang utama jejak karbon (carbon footprint) yang memicu terperangkapnya panas di atmosfir menjadi pemanasan global atau sering kita sebut dengan efek rumah kaca.

Secara singkat jejak karbon dapat didefinisikan sebagai jumlah karbon atau gas emisi yang timbul karena aktivitas manusia. Bukan saja karena penggunaan bahan bakar fosil secara langsung seperti misalnya transportasi dan pembangkit energi listrik, tapi juga karena penggunaan secara tidak langsung seperti proses manufaktur dan lain-lain.

Jejak karbon bisa dihasilkan oleh individu, sekelompok orang, bahkan oleh produk tertentu. Misalnya pakaian yang anda kenakan saat ini. Pada saat proses pembuatannya, mulai dari pemintalan benang, pembuatan kain, pemotongan sampai penjahitan meninggalkan jejak karbon, apalagi jika proses tersebut menggunakan mesin-mesin pabrik.

Begitu pula jika anda sedang menyantap buah impor saat ini. Buah tersebut sudah ikut menyumbang jejak karbon karena pada proses pengangkutannya menghasilkan emisi dalam jumlah tertentu mulai dari negara asal sampai ke atas meja makan anda.

Saat sedang berselancar di internet, ada pun ikut berkontribusi menghasilkan jejak karbon digital yang dihasilkan dari proses pengolahan dan penyimpanan data pada server-server raksasa. Belum menghitung jejak karbon yang dihasilkan dari proses pembuatan perangkat keras (gawai) yang anda gunakan untuk berselancar tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun