Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

3 Puisi tentang Februari

2 Februari 2024   20:35 Diperbarui: 2 Februari 2024   22:05 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi apa daya
Tenda TPS sudah ambruk dan bilik suara berserakan.
Pesta sepertinya belum bisa dilanjutkan
sampai jangka waktu yang belum bisa ditentukan.

---

Cokelat di Tangan Kanan, Kondom di Tangan Kiri


Pintu merah jambu terbuka
di baliknya ada sepasang mata malu-malu
dan segaris senyum malu-malu
dari lelaki muda hampir melewatkan waktu janjian.

Di sisi pintu yang lain
pun ada sepasang mata malu-malu
segaris senyum malu-malu
dari gadis muda yang menyambut hangat

Nampaknya keduanya sedang kasmaran.

Lelaki pun mengulurkan hadiah yang disembunyikan di balik punggungnya
Cokelat di tangan kanan dan kondom di tangan kiri
"Kamu hanya boleh memilih salah satu," ucapnya malu-malu.

Gadis berpikir sejenak,
"bagaimana kalau aku ingin keduanya?" tanyanya hati-hati.
Laki-laki muda menatap tidak percaya.

Dua menit kemudian
pintu merah jambu tertutup rapat.

Di bawah pintu tertinggal kondom yang sepertinya tidak jadi pilihan.
Apakah kedua orang muda itu sedang merajut kisah untuk Februari?
atau mereka sedang membangun peradaban mereka sendiri dari gigitan demi gigitan cokelat yang jadi hadiah?
Kita tidak pernah tahu.
Yang jelas, warna pintu yang tertutup rapat itu sudah berubah
dari merah jambu menjadi merah darah.

---


Surat Cinta Calon Presiden

Di bawah bulan setengah purnama, tuan calon presiden menuliskan surat cinta untuk masyarakat yang akan memilihnya. Surat cinta itu ditulis dengan tangan, ditulis sepenuh hati, seolah dia akan bersurat pada belahan jiwanya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun