Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Debat Cawapres dan Tobat Ekologis

22 Januari 2024   13:46 Diperbarui: 22 Januari 2024   16:36 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Debat cawapres tanggal 21 Januari 2024 yang mengangkat tema: Pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup, Sumber Daya Alam dan Energi, Pangan, Agraria serta Masyarakat Adat dan Desa sudah selesai digelar. Topik debat ini sebenarnya sangat serius dan menarik untuk didalami karena menyangkut kemaslahatan hidup kita bersama.

Sayangnya, saya amati percakapan di lini masa pasca debat lebih didominasi percakapan mengenai gimmick Mas Gibran, bukan substansi materi debatnya.

Memang setiap kontestan pasti punya strategi tersendiri agar tampil bersinar pada panggung debat untuk meninggalkan "kesan" di mata dan hati para calon pemilih.

Secara garis besar saya melihat Cak Imin tampil lebih moderat dan percaya diri dibanding debat sebelumnya. Prof Mahfud MD dengan gaya khas sebagai seorang praktisi sehingga jawaban dan penjelasan-penjelasan selalu dikaitkan dengan aspek hukum (sesuai kepakarannya). 

Mas Gibran sendiri seperti debat sebelumnya selalu ingin menonjolkan sensasi dibanding esensi. Dan sepertinya sukses besar, melihat percakapan---percakapan yang terjadi di tengah-tengah warganet pasca debat semalam.

Yang menarik adalah ada frase yang diungkapkan Cak Imin yaitu "Tobat Ekologis", mengutip tulisan Paus Fransiskus tentang isu lingkungan yang tertuang dalam Buku Ensiklik Laudato Si'. Ensiklik ini diterbitkan pada bulan Mei tahun 2015, jadi sudah hampir 9 tahun yang lalu. Tapi tulisan-tulisan Paus Fransiskus dalam ensiklik tersebut tetap aktual dan semakin aktual sampai hari ini.

Laudato Si'

Ensiklik dapat diartikan sebagai surat edaran dari Paus untuk diteruskan ke para pemimpin Gereja dan umat berisi pesan-pesan Paus dari sudut pandang iman menyikapi isu-isu tertentu. Laudato Si' (dari bahasa Italia Tengah yang berarti Terpujilah Engkau ) sendiri adalah ensiklik yang sifatnya sangat universal. 

Dalam ensiklik ini Paus Fransiskus menggambarkan ibu bumi sebagai rumah kita bersama dan mengajak kita semua mengambil peran yang signifikan sesuai kapasitas masing-masing untuk menyelamatkan rumah kita bersama ini dari kerusakan demi kerusakan yang terjadi karena ulah kita sendiri.

Selama ini Paus Fransiskus memang dikenal cukup concern terhadap isu iklim dan lingkungan. Kerap kali pemimpin tertinggi umat Katolik ini melontarkan pandangan kristisnya terhadap ketimpangan global dan eksploitasi alam yang berlebihan imbas dari kebijakan pembangunan yang diambil para pemimpin negara.

Saya sendiri "berkenalan" lebih dalam dengan Laudato Si' pada tahun 2017 lewat salah satu training (atau mungkin lebih tepatnya disebut retret tentang lingkungan) di Eco Camp, Bandung, yang dikelola oleh Romo Ferry dan Tim dari Yayasan Sahabat Lingkungan Hidup. 

Melalui materi dan aktivitas selama beberapa hari di sana, saya dan kawan-kawan peserta kegiatan diberi penyadaran tentang perubahan alam yang sedang terjadi dan motivasi untuk berkontribusi pada kelestarian lingkungan dan keutuhan alam ciptaan Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun