Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Menanti Mendung

19 Oktober 2023   20:16 Diperbarui: 19 Oktober 2023   20:35 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbulan-bulan sudah
angin berembus kering  
tiada lagi senandung serunai yang ditiupkan dari padang hijau.
Pun tanah mengernyit menahan dahaga  
tiada lagi bulir-bulir embun yang dilabuhkan subuh
pada bumi dan daun-daun.

Matahari begitu tegar membakar.
Gersang stepa dan sabana
ternak kurus dan merana.
Manusia
dan serangga
memudar
kehilangan jejak pada mata air terakhir.

Belum pernah jiwa-jiwa di kolong langit
serindu ini pada gerimis
pada petrikor
pada halilintar
pada deras hujan
yang jatuh berderai-derai
mengalir melewati bukit dan lembah
memenuhi sungai dan muara.

Berbulan-bulan sudah
angin berembus kering  
tiada lagi belalang dan ilalang yang berdoa pada langit
semua sudah lelah menanti mendung.

---

kota daeng, 19 oktober 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun