Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pengalaman Jadi Juri Lomba Cerpen

4 Agustus 2023   21:02 Diperbarui: 4 Agustus 2023   21:06 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Mohamed Hassan dari Pixabay

Menjadi (sekadar) pembaca dan penikmat cerpen mungkin sudah sering kita lakukan. Tapi bagaimana jika selain membaca dan menikmati kita juga diminta untuk memberi nilai dan peringkat pada cerpen-cerpen itu?

Nah, demikianlah pengalaman teranyar saya di tengah-tengah Komunitas Pulpen. Pengalaman ini berawal kurang lebih pertengahan Juli yang lalu dari tawaran Kompasianar sekaligus penggagas Komunitas Pulpen, Bang Edward Horas, untuk menjadi juri lomba menulis cerpen.

Ini pengalaman pertama menjadi juri kompetisi menulis cerpen. Jadi saya masih agak ragu untuk langsung mengiyakan tawaran tersebut. Apalagi saya tahu banyak penulis-penulis fiksi hebat di Kompasiana yang juga jadi warga Komunitas Pulpen. Tapi pada akhirnya saya memberanikan diri setelah mendapat motivasi dan support dari Bang Edward.

Chit-chat persiapan event dengan Bang Edward berlangsung beberapa hari sampai pada akhirnya pengumuman lomba cerpen bertema bebas rilis pada tanggal 14 Juli yang lalu. Cerpen demi cerpen pun tayang selama kurang lebih dua minggu sejak informasi lomba sampai tenggat waktu tiba.

Sayangnya, rencana saya untuk melakukan penjurian dengan cepat (cerpen segera dinilai begitu tayang) tidak berjalan mulus karena kemudian kegiatan kantor yang menyita perhatian juga datang silih berganti. Akhirnya penjurian pun difokuskan setelah tenggat waktu lomba cerpen selesai.

Antara Objektif dan Selera 

Menyelami cerpen demi cerpen dari para penulis sensasinya seperti travelling dari satu tempat wisata ke tempat wisata yang lain, di mana setiap lokasi punya keunikan dan daya tarik sendiri-sendiri.

Menurut saya, inilah yang menjadi tantangan terbesar saat penjurian. Kendati sudah membuat kriteria standar yang akan digunakan untuk membuat penilaian terhadap seluruh cerpen, tidak bisa dihindari faktor selera juga dapat memberi pengaruh.

Unsur-unsur intrinsik cerpen seperti ide, plot, tokoh, setting, gaya bahasa dan lain-lain tentu memiliki bobot penilaiannya masing-masing. Tapi secara pribadi saya cenderung mudah terpikat pada cerpen yang menggugah emosi, atau cerpen yang sukar ditebak dan dibumbui plot twist, atau cerpen yang berhasil menyajikan konflik dengan pas.

Nah, menjaga keseimbangan antara objektifitas dan selera ini yang menjadi tantangan terbesar seperti sudah saya sebutkan di atas tadi. Kalau jurinya lebih dari satu, mungkin faktor "selera" ini bisa lebih dinetralisir dengan nilai dari juri-juri yang lain.

Jadi untuk para penulis yang mengikuti event cerpen bebas ini, jangan terlalu berkecil hati ya kalau cerpennya tidak masuk nominasi atau jadi juara. Hal ini bukan berarti karena cerpennya kurang bermutu.  Selain karena masalah objektif dan selera di atas, saya pun bukanlah juri yang sempurna dan juga masih punya kekurangan.

Kesan dan Pesan 

Sekarang mari kita melihat kesan dan penilaian secara umum terhadap cerpen-cerpen yang mengikuti lomba ini. Seperti sudah dituliskan di atas, aneka sensasi dan emosi saya rasakan begitu menyelami cerpen demi cerpen. Tema yang diangkat para penulis sangat beraneka ragam, pun dengan latar, penokohan, pengembangan plot sampai mood dari setiap cerpen.

Ini yang membuat di grup WhatsApp Pulpen saya mengucapkan terima kasih kepada segenap penghuni grup karena sudah mendapat kepercayaan menyelami karya-karya mereka yang luar biasa.

Nilai lebih biasa saya sematkan pada pada cerpen-cerpen yang menyajikan konflik dengan apik. Bukan hanya konflik interpersonal, tapi juga konflik intrapersonal yang kadang justru lebih sulit dideskripsikan. Kemudian sekalipun temanya bebas sebebas-bebasnya, ada nilai plus jika pembaca tetap bisa menangkap nilai atau pesan yang positif dari cerpen tersebut.

Saya rasa sebagian besar cerpen sudah bagus dan cukup memikat dengan kekuatannya masing-masing. Sebagai informasi, peringkat 5 besar pada lomba cerpen ini perbedaan nilainya tipis-tipis, bahkan sampai peringkat 10 besar.

Sekali lagi, untuk yang tidak masuk nominasi bukan berarti karyanya tidak bermutu ya. Cerpennya sudah bagus-bagus hanya saja masih ada cerpen yang nilainya lebih tinggi, baik dari segi pengembangan plot, diksi dan gaya bahasa, pengembangan tokoh sampai nilai yang ditawarkan ke pembaca.

Oh ya, saya tidak terlalu menjadikan kesalahan-kesalahan typografi yang muncul sebagai isu yang fatal. Tapi bukan berarti mengabaikannya ya, saya tetap menjadikan kaidah penulisan sebagai salah satu unsur penilaian kendati tidak mendapat porsi yang besar. Saya sendiri masih harus banyak belajar untuk urusan yang satu ini. Bagaimanapun juga kita tetap harus menjunjung tinggi kaidah-kaidah penulisan yang baik dan benar.

Wasana kata, semoga event bertema fiksi berikutnya khususnya lomba cerpen seperti ini membuat kita semakin bersemangat untuk mengembangkan diri juga berbagi nilai kepada pembaca dan orang-orang di sekitar kita. Salam hangat untuk kita semua. (PG)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun