Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Racun Tikus

1 Juni 2023   21:13 Diperbarui: 1 Juni 2023   21:18 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Silvia dari pixabay.com

Tikus-tikus tiba-tiba hilang entah ke mana. Rumah begitu senyap tanpa tingkah polah dan kegaduhan yang biasa ditimbulkan tikus-tikus itu. Satu-satunya suara yang terdengar di ujung pagi ini adalah suara senandung ibu yang sedang mengaduk panci berisi bubur kacang merah di dapur.

Aku pun berjalan menyusuri tempat-tempat yang biasa dijadikan tempat berkumpul para tikus. Di bawah lemari piring, di balik wadah beras, kemudian di luar di dekat tong sampah. Aku pun memanjat pilar dan masuk ke plafon rumah. Semuanya tempat-tempat itu senyap tidak berpenghuni.

Apa mungkin mereka sudah mendengar rencana ayah tadi malam jadi mereka semua buru-buru pergi?

Entahlah. Aku pun kembali turun ke dalam rumah dan berjalan ke arah dapur. Biasanya juga ada jatah sarapan pagi untukku. Tadi pagi-pagi aku memang sudah makan kepala ikan goreng, sisa makanan tadi malam. Tapi belum bisa benar-benar membuat perutku kenyang, masih ada ruang di sana untuk makanan yang lain.

Semakin mendekati suara senandung ibu, aku jadi semakin merasa ada yang tidak beres dengan tubuhku. Entah mengapa jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya. Benda-benda dalam pandangannku sejak tadi juga seperti berbayang-bayang. Semakin mendekati dapur aku merasa semakin letih tidak berdaya.

Jangan-jangan ...??

Aku pun berteriak memanggil ibu. "Meong..."

Kejadiannya terjadi begitu cepat. Semua tenagaku tiba-tiba tersedot entah ke mana sehingga aku pun ambruk di lantai.

"Oyeeen!"  jerit ibu, suara yang terakhir kudengar sebelum semuanya menjadi gelap.

---

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun