Para penulis puisi pasti punya sumber inspirasi favorit yang bisa memicu produksi demi produksi puisinya. Inspirasi ini bisa berupa benda, peristiwa, orang, lokasi dan sebagainya. Dengan sumber inspirasi ini para penulis puisi tidak akan pernah kehabisan ide, sebanyak apapun puisi yang ditulis dari inspirasi tersebut.
Saya sendiri punya beberapa sumber inspirasi favorit, di luar topik-topik yang sedang aktual atau hasil mengamati objek/fenomena tertentu. Seperti sudah dicantumkan di judul tulisan, inspirasi puisi favorit saya yaitu hujan, senja dan kopi. Jika sudah bicara tiga topik itu, wah, ide bisa mengalir seperti sungai Bengawan Solo yang mengalir sampai jauh.
Hujan
Hujan yang jatuh dari langit dengan berbagai intensitas mulai dari gerimis malu-malu sampai hujan super deras (yang kemudian membuat banjir di mana-mana) selalu berhasil mendatangkan ide puisi. Ide tersebut bisa terkait dengan kenangan-kenangan yang terjadi saat hujan, sensasi di panca indra (seperti misalnya aroma petrikor saat hujan pertama jatuh dan suara gemerisik hujan di atap rumah) atau peristiwa yang terjadi setelah hujan, seperti misalnya banjir.
Sudah cukup banyak puisi bertema hujan yang saya tulis, beberapa di antaranya juga berhasil memikat tim admin Kompasiana sehingga menyundulnya jadi puisi yang nangkring di kolom AU. Misalnya: Banjir Kata-kata dan Aku Belum Bisa Pulang yang saya tulis belum lama ini.
Senja
Siapa yang bisa menolak pesona senja? Memandang lukisan senja atau melihat citra senja dari mata kamera selalu bisa memancing kehadiran kata-kata puitis berupa pujian, refleksi, kekaguman dan luapan emosi dari dalam hati. Mungkin karena pemandangan senja begitu kaya warna ya. Memang warna jingga tembaga khas senja selalu mendominasi pemandangan, tetapi tetap ada kehadiran warna-warni spektrum cahaya lain di sana seperti ungu, kuning, merah dan biru.
Selain itu senja berarti transisi waktu dari siang ke malam. Senja adalah waktu untuk mulai mengambil jeda dari kesibukan sehari-hari menuju ke waktu untuk beristirahat dan mendamaikan jiwa di malam hari. Senja jadi identik dengan waktu untuk mulai mendinginkan kepala dan merenungkan kehidupan.
Puisi-puisi ini adalah contoh puisi bertema senja yang sudah pernah saya tulis di Kompasiana: Pelabuhan Berwarna Tembaga, Senja Laut dan Separuh Hati, Losari 5.52 P.M. Bahkan peristiwa yang dilatarbelakangi senja pun bisa jadi topik menarik untuk sebuah puisi, seperti misalnya puisi Pasar Sore ini.
Kopi
Pasti banyak pujangga yang sepakat dengan saya soal ini. Kopi tidak pernah gagal menjadi sumber inspirasi puisi-puisi yang keren. Jangan memandang kopi hanya sebatas minuman berbahan dasar kafein di dalam cangkir porselen. Ada semesta dalam secangkir kopi.
Kita bisa mulai dari proses pembuatannya. Di sana ada desa-desa dengan tanaman kopi terbaik, ada tangan-tangan terampil para petani kopi, ada mata rantai ekonomi di dalam proses distribusi biji kopi dan pengolahannya sampai tersaji di atas meja kita.
Belum bicara sensasi rasa (manis dan getir) serta suasana yang dihadirkan minuman favorit banyak orang ini: melankolis, romantis, persistensi, keunggulan, klasik, modern dan lain-lain yang bisa diolah jadi bermacam-macam ide puisi.
Puisi saya yang bertemakan kopi seingat saya sudah cukup banyak jumlahnya. Beberapa puisi di antaranya misalnya puisi Jiwa Kopi Susu, Kopi dan Laptop, Pada Cangkir Kopi yang Baru dan lain-lain . Salah satu favorit saya itu puisi Lalat Dalam Cangkir Kopi yang memang terinspirasi dari pengalaman nyata dan dikaitkan dengan perisitwa banyaknya korban meninggal dunia dari pandemi Covid-19 saat itu.
Hujan, Senja dan Kopi. Inilah tiga sumber inspirasi puisi favorit saya. Kalau sudah bercerita tentang tiga hal itu, berapa puisi pun bisa saya tuliskan dengan lancar. Berdiri sendiri-sendiri saja sudah cukup ampuh jadi sumber ide. Apalagi kalau dipadukan jadi senja dan kopi, atau ngopi saat hujan, atau hujan bertemu senja.
Bagaimana menurut pembaca sekalian yang juga gemar berpuisi ria? Apakah sama atau punya pencetus ide favorit sendiri saat menulis puisi? Yuk, saling berbagi informasi. (PG)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H