Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Air Mata Langit

27 November 2022   20:28 Diperbarui: 27 November 2022   22:00 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Air mata tidak selalu mengantarkan kesedihan
elegi yang dinyanyikan jiwa-jiwa kesepian.
Air mata juga bisa jadi tanda bahagia
sukacita yang ditumpahkan dari dalam dada
saat kata-kata kehilangan kuasanya.

Tapi apakah arti air mata langit
yang dicurahkan dari awan-awan kelabu
pada senja, pada segara, pada padang ilalang
pada pegunungan, pada hutan, pada jalan-jalan metropolitan
pada kepala-kepala yang termangu?

Nelangsa atau bahagia?

Langit dan alam ikut berduka,
ucap seorang pria di hadapan nisan wanitanya.

Di tempat lain
seorang ibu memeluk erat-erat anak lelakinya
yang baru kembali dari negeri orang.
Langit ikut berbahagia bersama kami,
ucapnya.

Jadi nelangsa atau bahagia?

Untuk menjawabnya mungkin
kita harus menampung air mata langit pada tempayan
lalu memandang wajah dalam tempayan lekat-lekat.
Nelangsa atau bahagia?

---

kota daeng, 27 november 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun