Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Puan Maharani-Muhaimin Iskandar adalah Gambling Besar PDI-P

26 September 2022   20:25 Diperbarui: 26 September 2022   21:14 2180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar dari twitter Puan Maharani @puanmaharani_ri

Banyak yang kurang setuju dengan pencalonan Puan Maharani sebagai capres dari PDI-P. 

Sejak hadirinya sosok Puan dengan tagline Kepak Sayap Kebhinekaan, suara-suara tidak setuju dari warganet sudah bermunculan.  

Argumen yang sering terdengar adalah sosok Puan belum terlalu "nampak" kinerja dan sepak terjangnya untuk masyarakat. Padahal Puan Maharani sudah menduduki posisi-posisi strategis baik di eksekutif maupun legislatif.  

Tentu saja komentar-komentar warganet tidak bisa langsung menjadi validasi pendapat mayoritas masyarakat Indonesia. Tapi tetap saja suara warganet harus diperhitungkan dalam analisis dan pengambilan keputusan politik.

Memang saat ini PDI-P menjadi partai mayoritas di DPR. Perolehan kursinya sebesar 19% adalah daya tawar yang besar bagi parpol lain. Hanya butuh tambahan 1% kursi untuk mencapai ambang batas Presidential Threshold, jadi bisa dicapai melalui koalisi dengan parpol dengan perolehan kursi paling bawah sekalipun. Hanya saja harus diingat kembali, pemilihan presiden dan pemilihan legislatif adalah dua pemilihan yang berbeda. Memang ada semacam credo, suara partai erat kaitannya dengan suara presiden yang diusung partai tersebut. Hal ini sudah dibuktikan dengan perolehan suara Presiden Jokowi dan PDI-P pada pemilu yang lalu.

Tapi jangan lupa, sejak menjadi gubernur DKI, sosok Jokowi sudah mendapat tempat di hati rakyat untuk maju sebagai capres. Agak berbeda situasi dan kondisinya dengan nama Puan yang disodorkan PDI-P saat ini. Sejak namanya muncul di permukaan, survei elektabilitasnya tidak kunjung membaik. Saya termasuk salah satu yang kurang sreg dengan pencalonan Puan. Terlalu terkesan dipaksakan.

Saya setuju dengan komentar warganet tentang basis pendukung Jokowi yang belum tentu sama dengan pendukung PDI-P. Jika berharap mendulang suara dari pendukung Jokowi, lebih masuk akal jika PDI-P melejitkan Ganjar Pranowo sebagai kandidat capres.

Gambling Besar PDI-P

Awalnya saya berpikir kandidat capres Puan Maharani hanya gimmick politik saja. PDI-P kan ahlinya bikin publik penasaran dan mengeluarkan kartu AS di saat-saat terakhir. Tapi semakin ke sini seiring pemberitaan, rasa-rasanya pencapresan Puan benar-benar menjadi keputusan politik yang bulat dari partai berlambang banteng bermoncong putih tersebut. Yang dibutuhkan tinggal koalisi untuk mencari pasangan saat berlaga tahun 2024 nanti.

Lobi-lobi ke elite parpol lain memang sedang berjalan. Hanya saja kicauan Puan Maharani kemarin mengenai pertemuannya dengan Muhaimin Iskandar untuk membuka ruang koalisi PDI-P dan PKB lumayan membuat kening berkerut. PDI-P serius nih mau menduetkan Puan dan Cak Imin?

PKB memang identik dengan kaum sarungan dari massa NU. Tapi gaya politik Cak Imin sendiri saya lihat rada-rada oportunis. Manuver-manuvernya lebih cenderung ke mengamankan posisi sebagai capres atau minimal cawapres. Dalam karir politik, Cak Imin juga pernah punya catatan hitam terkait konflik dengan almarhum Gus Dur. Sehingga bisa jadi dia tidak bisa meraup suara kaum Nahdliyin secara maksimal terutama dari para loyalis almarhum Gus Dur.

Nilai tambah pasangan ini hanyalah pasangan parpol nasionalis dan agamis. Selain idealisme tersebut, dilihat dari sudut pandang manapun, duet Puan-Cak Imin adalah pasangan yang tidak punya kans besar untuk menang. Jadi kalau benar-benar akan memasangkan Puan dan Cak Imin, PDI- P sedang bermain gambling (perjudian) yang taruhannya sangat besar: suara partai serta arah negara dan bangsa dua tahun mendatang. (PG)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun