Beberapa kali kita terhenti
pada teguk kopi kedua atau ketiga
sembari membiasakan indra pengecap
menyelami setiap sensasi rasa yang keluar dari dalam cangkir.
Apakah aromanya juga bisa menggedor saraf-saraf di kepala
menjelajahi perjalanan lintas masa dan loka
menuju ke desa-desa di dataran tinggi
tempat buah-buah kopi dipetik dan diolah dengan tangan-tangan terampil
atau mengantar kita pada strategi baru
yang terselip di celah antara dokumen-dokumen laporan?
Apakah tingkat kenikmatnya sama dengan kopi kesukaan kita selama ini?
atau tidak sama sekali.
Yang manapun jawabannya
kita selalu punya pilihan.
Menjadi loyalis cangkir kopi yang lama
berpindah hati pada cangkir kopi yang baru
atau malah mencintai keduanya.
Mau menjadi penikmat kopi pakai filosofi
menjadi penikmat kopi yang penting enak
atau malah menikmati keduanya.
Kita selalu punya pilihan
seperti halnya hidup ini yang tumbuh dari rangkaian pilihan demi pilihan.
---
kota daeng, 26 juli 2022
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI