Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Siluet

7 Juni 2022   20:08 Diperbarui: 7 Juni 2022   20:15 807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di bawah awan-awan yang menggelayut sedih
kuseret diriku yang ringkih.
Di belakang sana kegelapan masih mengejar
padahal aku sudah begitu lelah
terengah-engah
mengisap udara ke dalam dada.

Senja sudah nyaris paripurna
tapi takut ini sedang menguasai jiwa.

Masihkah aku layak memanggil nama-Nya?
Masihkah ada pengampunan untuk dosa dari ujung kaki ke ujung kepala?

Detak-detak kesempatan terus berlalu
tapi lidah masih kelu.

Jadi aku tahu yang harus kulakukan
pantas atau tidak
aku akan sembunyi di balik siluet rumah Tuhan
di balik bayangan mereka yang siang malam berseru pada-Nya.

Kegelapan akan terus mengejar mereka yang pernah mengejarnya.
Semoga Tuhan melindungi mereka yang datang berlindung pada-Nya.

---

kota daeng, 7 juni 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun