Ditengarai orang-orang yang melakukan pengeroyokan itu adalah mereka yang tidak senang dengan sepak terjang Ade Armando di media sosial selama ini. Ade Armando dianggap sering mengkritisi agama Islam padahal dia sendiri beragama Islam.
Bukan hanya dibuat babak belur, Ade Armando juga nyaris dibuat telanjang di depan umum.
Aksi oknum-oknum pengeroyok tersebut memang biking geleng-geleng kepala. Ketidaksukaan kita pada pemikiran atau seseorang secara personal tidak lantas menjadi alasan melakukan tindak kekerasan, apalagi tindak kekerasan "secara berjamaah" kepada orang tersebut.
Apalagi Ade Armando juga mendukung penolakan terhadap isu presiden 3 periode dan berada di tempat aksi untuk menunjukkan dukungan terhadap tuntutan aksi tersebut. Namun sungguh apes nasibnya.
Nah, ramainya pemberitaan dan pembahasan pengeroyokan Ade Armanto ini di media sosial membuat saya jadi teringat satu event yang baru saja berlalu, balapan MotoGP di Mandalika.
Setelah event tersebut lewat, orang-orang justru lebih ingat nama pawang hujannya daripada nama pemenang balapan motornya.
Saya khawatir nasib aksi kemarin juga akan sama. Setelah demo mahasiswa berakhir, jangan-jangan yang diingat masyarakat bukan konten demonya, tapi peristiwa pengeroyokan Ade Armando-nya. Akhirnya demo yang mestinya membawa misi besar, jadi seperti iklan yang numpang lewat saja dan Ade Armando jadi bintang iklannya.
Mari kita doakan semoga Ade Armando yang sedang dalam masa perawatan bisa segera pulih kembali. (PG)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H