Warna merah di bibirmu kali ini
redup diselimuti nelangsa.
Gerimis yang turun
entah
menghadirkan beku
atau malah menyingkap kehangatan di antara kita?
Seharusnya malam ini langit semarak oleh purnama
tapi awan-awan perak
dan payung hitam yang memayungi kepala kita
menghalangi senyumannya.
Satu per satu taksi melintas
tapi kamu masih bergeming
bersama air mata yang mengering.
Menyebalkan, bukan?
Mereka hanya bisa membuat hatimu patah
dan akulah yang selalu membuat cintamu kembali merekah.
Tapi
aku hanya bisa sembunyi
di balik topeng sahabat sejati.
Hujan mulai jatuh satu-satu
entah
ikut bersedih denganmu
atau sedang menertawai diriku?
---
kota daeng, 21 Agustus 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H