Beberapa pesan terselip di antara puisi-puisimu, bersembunyi di antara metafora dan rima yang melankolis. Sayangnya, aku tidak memiliki kunci untuk membuka pintu tabir. Hanya bisa mengetuk dan bersenandung dari luar, berharap dari dalam kamu membuka pintu lebar-lebar.
Kemudian aku menyadari, pada puisi-puisi berikutnya ketukan-ketukanku kamu ubah menjadi rima dan senandungku menjadi metafora-metafora yang baru. Aku pun tahu dari mana datangnya rasa melankolis pada puisi-puisi itu.
Suatu malam, aku menemukan anak kunci tergeletak di bawah pintu tabir. Aku pun memungut kunci itu dan mencoba membuka pintu tabir.
Ajaib, pintu tabir terbuka perlahan. Jantungku berdebar-debar dan ...
 Kosong!
Tidak ada apa-apa di balik pintu tabir selain udara yang diracuni sepi.
Terdengar ketukan dengan irama khas dari pintu yang lain. Aku pun mendekat dan terdengar pelan senandung merdu dari balik pintu. Sepertinya dia adalah pencari pesan lain yang belum menyadari kalau dia sendiri-lah yang menciptakan rasa dari puisi-puisi yang dibacanya. Â
---
kota daeng,6 Agustus 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H