Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Menunggu

5 Juli 2021   21:08 Diperbarui: 5 Juli 2021   21:10 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar untuk puisi Menunggu dari pixabay.com

Waktu mencumbu detak jam dinding
yang tidak kuasa melawan
berjam-jam lamanya.

Tidak terpuaskan
dia lalu mencumbu angka-angka jam digital
yang melingkar di tangan.

Setelah itu mencumbu jam di layar gawai
mencumbu kelap-kelip lampu LED di monitor
mencumbu timer air conditioner
mencumbu derit mesin printer
apapun yang berdenyut dan berdetak.

Tapi waktu tidak akan pernah terpuaskan.

Sedangkan diriku
telah klimaks berkali-kali dalam bergeming
penantian yang tidak berbuah.

Waktu melirik dadaku
di dalam sana
denyut jantungku satu-satunya yang belum dijamahnya di ruangan ini.

---

kota daeng, 5 Juli 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun