Dua bulan lalu saya ditugaskan kantor memberi pelatihan sehari mengenai Tutorial Menulis Reportase. Sasarannya 7 orang teman kantor yang akan menjadi PICÂ dalam penulisan reportase kegiatan kantor di cabang masing-masing. Tantangan dari pelatihan ini adalah semua peserta masih sangat awam dengan kepenulisan dan pelatihan dilaksanakan secara daring (via aplikasi zoom).
Credit Union kami memang aktif menggelar berbagai pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan wawasan anggota. Hanya saja selama ini laporan kegiatan (untuk promosi ke masyarakat) lebih banyak dalam bentuk video di channel YouTube dan konten media sosial lainnya. Promosi dalam bentuk artikel masih jarang terjadi. Padahal Credit Union kami memiliki homepage yang mendukung keperluan tersebut.
Oleh karena itu setelah pelatihan ini digelar, diharapkan semakin banyak orang yang bisa berkontribusi mengirimkan tulisannya untuk meramaikan homepage kantor.
Nah, karena teman-teman kantor yang menjadi peserta pelatihan masih pemula dalam hal penulisan (termasuk menulis reportase), tentu materi pelatihannya harus dibuat sepraktis mungkin. Ini menjadi tantangan lainnya.Â
Saya memang sudah terbiasa menulis artikel, tapi meneruskan keterampilan tersebut kepada teman-teman kantor lainnya bukan hal yang mudah. Apalagi ini pengalaman pertama memberi pelatihan menulis.
Setelah persiapan berhari-hari lamanya dengan mengutak-atik materi dan mencari berbagai referensi pendukung, akhirnya pelatihan pun sukses dilaksanakan.
Perkenankan saya berbagi pengalaman melalui artikel ini. Siapa tahu di kemudian hari ada di antara pembaca yang memiliki pengalaman serupa.
Berbicara reportase kegiatan, materi yang langsung terpikirkan saat menerima tugas tersebut adalah 5W + 1H (What, Who, Where, When, Why + How). Ini inti materinya.Â
Reportase artinya pemberitaan, jadi peserta dilatih untuk mengasah "intuisi wartawan" berbekal pertanyaan-pertanyaan dasar tersebut.
Tapi biar materinya lebih runtut, harus ada tahapan-tahapan penyampaian materi kepada peserta. Saya mengaturnya demikian:
Pengantar
Pada bagian awal, tentu harus ada pengantar terlebih dahulu agar peserta termotivasi dan tertarik dengan materi-materi selanjutnya. Sama seperti senam, harus ada warming up dulu sebelum sampai ke gerakan intinya.
Walaupun kemasan kegiatannya adalah pelatihan, sejak awal saya menyampaikan kalau kehadiran saya bukan sebagai pelatih atau mentor, tapi sebagai orang yang ingin berbagi pengalaman.Â
Kata-kata tersebut bisa menjadi afirmasi kepada peserta, karena artinya siapapun bisa menjadi penulis. Bandingkan dengan frase pelatih-peserta yang kadang mengadung kesan superior-inferior.
Pada bagian pengantar ini saya memberikan penjelasan singkat mengenai sisi asyik menjadi penulis, bagaimana mulai menulis dan bagaimana mengembangkan keterampilan kepenulisan.
Reportase
Nah, materi reportase dimulai dengan memberi definisi dan manfaat reportase bagi pembacanya. Kemudian unsur-unsur dalam reportase yaitu 5W +1HÂ dijelaskan secara gamblang di sini.
Penjelasan berlanjut ke struktur reportase yaitu Judul, Lead, Body dan Penutup. Pembaca yang sudah akrab dengan dunia kepenulisan pasti sudah familiar dengan istilah-istilah tersebut. Tapi untuk para peserta pelatihan ini, struktur reportase tersebut harus dijelaskan secara rinci. Misalnya: bagaimana membuat judul reportase yang baik dan menarik, apa itu lead dan jenis-jenis lead, bagaimana penutup reportase dan seterusnya.
Materi tentang reportase ini ditutup dengan mengulas gaya penulisan reportase yang membuatnya jadi jenis tulisan yang memiliki karakteristik tersendiri.
Swasunting
Memang sebelum reportase tayang pada platform tujuannya, tulisan tersebut mesti lulus dari screening editor dulu. Tapi bukan berarti penulis dibebastugaskan dari tanggung jawab untuk menata tulisannya serapi dan sebaik mungkin.
Oleh karena itu sebelum naskah masuk ke editor, penulis harus melakukan swasunting atau self-editing terlebih dahulu.
Bagian ini jika dijabarkan dengan lengkap butuh durasi dan varian materi yang lebih panjang. Jadi saya langsung memberi fokus pada kesalahan penulisan yang sering dilakukan penulis pemula, yaitu kesalahan tipografi dan kesalahan ejaan.Â
Memang dibutuhkan wawasan dan jam terbang tinggi untuk meminimalkan kesalahan tersebut. Untuk itu peserta diharap lebih sering membaca artikel atau jurnal dan membuka lebih banyak referensi.Â
Latihan
Apa jadinya pelatihan menulis tanpa latihan menulis?Â
Untuk memperdalam materi-materi di atas, ada tiga sesi latihan menulis yang dilakukan, mulai dari yang ringan sampai latihan membuat reportase sederhana pada latihan terakhir.
Untuk latihan pertama (di bagian pengantar), saya memperlihatkan beberapa gambar kepada peserta. Peserta kemudian diminta membuat sejumlah kata yang terasosiasi dengan gambar tersebut, lalu membuat kalimat lengkap dari masing-masing kata yang ditemukannya. Latihan ini jadi pemanasan sebelum materi-materi selanjutnya ditampilkan.
Pada latihan kedua, saya meminta mereka menuliskan kembali lead dan 5W + 1H dari berita yang telah mereka pilih secara acak dari internet sebelum pelatihan. Latihan ini untuk membantu peserta memahami unsur-unsur dalam reportase.
Pada latihan terakhir barulah mereka diminta untuk menulis reportase sederhana sesuai struktur reportase yang sudah disampaikan. Karena pada pelatihan ini tidak ada sesi untuk observasi, mereka mengambil konten reportasenya dari laporan kegiatan diklat anggota yang ada di kantor masing-masing.
Oh ya, masih ada satu materi lagi sebelum pelatihan tuntas.
Karena salah satu outcome pelatihan ini adalah tulisan tayang di website, saya juga memperkenalkan SEO (search engine optimization) kepada peserta.Â
Hanya karena waktunya sudah sangat tipis akibat waktu latihan terakhir yang molor jauh dari rencana, tidak banyak yang bisa diuraikan dari materi tentang SEO ini.Â
Saya hanya memberi sedikit pengantar dan beberapa kiat SEO on page untuk diterapkan pada tulisan reportasenya.
Usai pelatihan, saya melakukan evaluasi secara mandiri dan mengambil kesimpulan berikut:
- Pelatihan sehari (kurang lebih 8 jam) tentang kepenulisan harus dikemas dengan baik jika sasaran pesertanya masih pemula. Sedapat mungkin peserta dibatasi agar setiap orang menerima materi secara intensif dan hasil latihan mereka dapat dinilai dengan baik.
- Durasi waktu untuk sesi latihan menulis harus disediakan lebih panjang karena peserta pemula butuh lebih banyak waktu dalam membuat pengembangan paragraf dibanding mereka yang sudah terbiasa menulis.
Bagaimana dengan tindak lanjut pelatihan?Â
Setelah pelatihan, peserta membuat komitmen untuk secara bergilir menyetor tulisan dari kantor masing-masing, minimal dua orang setiap bulan. Konten tulisannya bebas, yang penting terkait dengan kegiatan yang terjadi di kantor masing-masing.
Tugas ini sudah dimulai sejak bulan lalu dan mereka yang mendapat giliran menyetor tulisan sudah menunaikan tugasnya dengan baik.Â
Tulisan-tulisan yang masuk tetap harus disunting terlebih dahulu, tapi karena tulisan reportasenya sudah mengikuti kiat-kiat yang diterima saat pelatihan, proses suntingnya tidak membutuhkan waktu lama lagi.
Walaupun saya juga masih harus banyak belajar memperbaiki kualitas tulisan, saya senang bisa berbagi pengetahuan dan keterampilan dengan teman-teman kantor. Dengan belajar menulis, mereka juga jadi belajar meningkatkan literasi.Â
Dengan demikian saya pun ikut berkontribusi meningkatkan literasi masyarakat. Sebagaimana kita ketahui bersama, literasi adalah salah satu keterampilan yang berguna di tengah era ledakan informasi saat ini. Semoga bermanfaaat (PG)
---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H