Masyarakat sudah sangat terbiasa dengan pungli. Saking biasanya, masyarakat menganggap itu sudah lumrah sehingga ikhlas saja melakoninya. Apalagi jika pungli tersebut terjadi saat sedang berurusan dengan birokrasi. Sudah tahu sama tahu-lah.
Tapi seperti yang disampaikan Gibran saat bertemu warganya, pungli ini adalah hal yang melanggar aturan. Walaupun masyarakat sudah terbiasa dan ikhlas, ini tidak bisa dibenarkan.
Betul sih, tapi seberapa banyak pejabat publik yang berniat membersihkan pungli dari scope pelayanan yang menjadi wewenangnya? Mungkin tidak banyak.
Sekarang mari melihat kepemimpinan Gibran yang semakin menarik ini dari kaca mata yang lain.
Gibran sendiri lahir pada tahun 1987 jadi sudah termasuk generasi milenial. Generasi milenial ini memang identik dengan generasi yang fasih dengan perangkat teknologi, tapi juga mudah bosan. Walaupun kebutuhan mereka untuk berjejaring cukup tinggi, pada hal-hal tertentu mereka juga cenderung egosentris.
Tapi ada karakter yang cukup positif pada generasi milenial yaitu berpikiran terbuka dan sangat menghormati keputusannya sendiri.
Karakter ini membawa hal yang positif dalam gaya kepemimpinan, seperti yang baru saja diperlihatkan oleh Gibran, yaitu kritis terhadap budaya atau kebiasaan lama, apalagi kalau memang terbukti salah. Jadi walaupun nampak anomali, budaya kerja yang benar seperti ini harus ditegakkan.
Jika ada yang bilang kalau Gibran hanya ingin pencitraan saja, ya terserah. Setiap orang bebas berpendapat. Pencitraan untuk hal yang dapat menolong rakyat banyak malah bagus, bukan? Syukur-syukur kalau pencitraan seperti ini bisa menular kepada kepala-kepada daerah yang lain. Â (PG)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H