Mohon tunggu...
Pical Gadi
Pical Gadi Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan Swasta

Lebih sering mengisi kanal fiksi | People Empowerment Activist | Phlegmatis-Damai| twitter: @picalg | picalg.blogspot.com | planet-fiksi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Belatung

11 Maret 2021   20:29 Diperbarui: 11 Maret 2021   22:29 2089
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi gambar dari dreamstime.com

Karena terlalu asyik, tanpa terasa waktu berlalu. Tahu-tahu dia sudah menghempaskan diri ke atas tempat tidur karena diserang rasa kantuk.

Baru beberapa saat memejamkan mata, tiba-tiba dia kembali menciuma aroma busuk, persis yang mampir di penciumannya sore tadi. Dia pun bangun dan cepat-cepat membuka jendela kamar.

Kali ini dia tidak perlu penasaran lama-lama. Begitu berbalik, matanya langsung tertuju ke atas ubin di tengah-tengah kamar. Ada makhluk kecil yang bergerak-gerak di situ. Randu mendekat dan langsung memastikan makhluk kecil itu adalah belatung. Warnanya abu-abu kehitaman, kontras dengan warna ubin yang putih bersih. Dari sinilah bau menyengat berasal.

Sambil menutup hidungnya Randu menghitung. Ada tujuh belatung di situ dan pluk! bertambah jadi delapan. Satu baru saja jatuh dari atas. Randu bergidik.

Dia menengadah dan memicingkan mata. Plafon di atas terlihat utuh. Tapi dia ragu, mungkin saja ada celah kecil yang tidak terlihat jelas dari bawah.

Dia teringat, tangga lipat masih ada di luar kamar, jadi dia bergegas mengambilnya. Tidak sampai lima menit kemudian, tangga sudah berdiri di bawah plafon yang bisa dibuka tutup.

Randu yang sudah mengenakan masker untuk menghalau bau menyengat pun meniti anak tangga demi anak tangga dengan hati-hati. Setelah mengangkat lembaran plafon dan menggesernya pelan-pelan, Randu mengambil gawai dari saku celananya dan menyalakan lampu flash untuk menerangi ruang gelap di atas plafon. 

Bau busuk semakin tercium. Tapi tidak ada apa-apa di atas sini. Eh?

Mata Randu membelalak. Sekujur tubuhnya mendadak kaku. Berjarak sekitar tiga meter dari kepalanya, dia melihat seorang gadis berpakaian lusuh sedang duduk bersila, tak bergerak sedikit pun. Wajah gadis itu terlihat sedih, tapi matanya yang menghitam dan bola mata yang sayu membuatnya justru terlihat menyeramkan.

Randu ingin berteriak minta tolong tapi gerahamnya seperti terkunci rapat. Tenggorakannya pun terasa sesak, sehingga tidak ada suara yang bisa keluar sedikitpun. Sosok yang tadinya hanya duduk bergeming kini bergerak. Merangkak perlahan-lahan menuju ke arah Randu.

Tubuh Randu yang tadinya kaku, entah mendapat kekuatan dari mana kini mulai bisa digerakkan. Dia pun menjatuhkan gawai begitu saja ke lantai dan berusaha turun secepatnya, tapi kaki kirinya terselip sehingga keseimbangannya ambyar. Dia pun jatuh berdebum ke lantai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun