Terawan bisa jadi sosok yang tepat membongkar permainan para mafia tersebut. Pria kelahiran Yogyakarta 56 tahun yang lalu itu tidak menjadi bagian dari partai politik tertentu.Â
Di sisi lain, riwayat kurang akur dengan IDI juga bisa jadi faktor pendukung, karena dengan demikian Terawan relatif lebih steril dari conflict of interest jika harus berkonfrontasi dengan oknum-oknum dalam organisasi IDI.
Namun terjadi hal besar di luar perkiraan Jokowi dan kita semua. Pada awal tahun 2020 Terawan harus benar-benar membagi fokus dengan pandemi covid-19.Â
Masalah yang satu ini benar-benar menguras perhatian dan sumber daya. Cakupannya lintas sektoral sehingga jika tidak dikelola dengan baik krisis kesehatan ini bisa berimbas pada krisis ekonomi, sosial budaya, hankam dan lain-lain.
Tidak ada satu pun pemimpin negara yang siap menghadapi musibah kesehatan ini. Bahkan negara-negara maju kelimpungan dibuatnya.
Dibutuhkan kemampuan manajerial yang luar biasa dibarengi dengan kemampuan komunikasi publik yang mumpuni untuk menangani krisis kesehatan tersebut. Sayangnya, dr Terawan kurang memiliki kemampuan dalam hal ini.Â
Bisa dipahami, karena Terawan adalah tokoh yang cenderung nyentrik dan biasa melihat persoalan secara out of the box.Â
Ini bukan hal yang negatif sebenarnya, hanya saja untuk menyampaikan kebijakan dan pemikiran-pemikirannya kepada masyarakat dibutuhkan cara berkomunikasi yang sesuai. Harus lebih cermat dan bijaksana.
Oleh karena itu, setelah beberapa kali muncul di depan khalayak untuk menyampaikan rilis pers tentang update data Covid-19, Terawan mundur dan diganti oleh juru bicara Achmad Yurianto.
Seiring bulan berlalu, kurva Covid-19 tidak menunjukan tanda-tanda akan melandai. Kita melihat terlalu banyak simpul-simpul masalah dari sisi pemerintah sebagai regulator maupun masyarakat.Â