Mudah bukan? Jika sudah selesai menjawab semua pertanyaan silakan menghitung, jawaban mana yang lebih banyak anda pilih: 1 atau 2?
Semakin dominan jawaban 1 maka bisa disimpulkan anda lebih cenderung memiliki tipe fotografer, begitu pula sebaliknya dengan jawaban 2.
Sudah bisa menyimpulkan perbedaan keduanya?
Tukang foto itu orang yang mengambil foto tanpa perlu banyak berpikir. Yang penting objeknya dijepret, tersimpan dalam kartu memori dan hasilnya bagus. Kalau terlihat kurang bagus, tinggal jepret ulang dengan mengganti-ganti angle atau jarak. Tidak perlu takut salah, karena toh tidak menggunakan klise atau gambar negatif seperti kemera jadul. Jadi karena prosesnya praktis, tidak perlu mengetahui banyak analisis dan teknik mengambil gambar.
Sebaliknya, fotografer menggunakan teknik dan analisis pada saat mengambil foto. Arah lighting-nya dari mana? Komposisinya bagaimana? Mau dibuat seperti apa konsep fotonya? Angle-nya bagaimana? Dan sejumlah konsep lain sebelum membidik dan menjepret objek dengan kamera. Sepintas lalu terlihat rumit. Tapi karena semakin sering dilakukan, lama-lama proses berpikir dan bertindaknya berjalan otomatis, sama seperti mengendarai motor atau mobil.
Jadi mana yang lebih baik, tukang foto atau fotografer?Â
Keduanya bukan untuk diperbandingkan satu sama lain karena terkait dengan hobi dan seberapa serius kita menggeluti hobi fotografi tersebut. Saat ini dengan teknologi yang semakin maju, kamera HP pun bisa menghasilkan foto berkualitas tinggi sekalipun penggunanya tidak memiliki banyak pengetahuan tentang teknik fotografi.
Kalau hanya sekadar dilakoni sebagai kesenangan atau hobi biasa tanpa mau ribet memikirkan konsep, teknik, analisis dan lain-lain, jadilah tukang foto. Tapi jika ingin lebih serius, belajarlah menjadi fotografer, apalagi jika ingin menjadikan fotografi sebagai profesi (baik utama maupun sampingan) seperti fotografer profesional.
Kenalilah berbagai istilah dan teknik fotografi, karena kamera secanggih apapun, hasil fotonya tetap tergantung pada orang di belakang kamera. Sebagai contoh, sekalipun kamera kita sudah memiliki resolusi yang tinggi dan fitur-fitur anyar, tapi tanpa pengaturan komposisi yang baik, hasil foto pasti jadi kurang maksimal. Salah satu cara untuk mengemas komposisi foto yang menarik adalah menggunakan rules of thirds (silakan googling bagi yang belum familiar dengan istilah ini).
Contoh lain, kita juga bisa mempercantik foto dengan memberi efek framing pada foto yang dihasilkan. Kompasianer Tonny Syiariel pernah membuat ulasan yang komplit tentang framing ini disertai dengan contoh foto-fotonya. Silakan cek pada artikel ini.
Masih ada satu hal yang tidak boleh terlupakan. Sama seperti proses kreasi yang lain, pada akhirnya fotografi pun akan berujung pada penilaian penikmatnya. Bagus atau tidak, estetis atau tidak, layak atau tidak, papan nilai ada pada mereka. Tukang foto atau fotografer sekalipun tidak punya hak veto untuk mengubah keputusan tersebut. Jadi, tidak usah terbebani dengan label. Cukup berkreasi dan hasilkan karya terbaik, paling tidak bagi diri anda sendiri.Â