Hujan deras turun tiba-tiba, bak berbaskom-baskom air dicurahkan dari langit. Padahal di atas sana tidak mendung-mendung amat.
Dalam hitungan detik belasan pemotor, termasuk aku, langsung buru-buru mengarahkan motor ke pinggir jalan, mencari lokasi-lokasi yang bisa dijadikan tempat berteduh.
Aku menepi dengan sukses di bawah kanopi sebuah ruko yang sudah tutup. Jaket parasutku sebenarnya waterproof, tapi tidak dengan celana jeans yang sudah setengah basah. Apalagi aku juga memanggul tas berisi laptop. Menepi adalah pilihan yang paling masuk akal saat ini.
Beberapa dari pemotor lain yang juga sudah menepi mulai sibuk mengeluarkan mantel hujan dari bagasi motor. Aku benar-benar lupa, karena tadi buru-buru berangkat kantor. Apalagi tadi pagi langit sedang cerah-cerahnya, jadi tidak sempat kepikiran menyelamatkan mantel hujan dari jemuran.
Mudah-mudahan hujan tidak lama, karena nanti malam aku mesti menghadiri resepsi nikah salah satu teman kuliah dulu. Tidak enak kalau tidak menyempatkan diri hadir. Demi protokol kesehatan undangannya sangat terbatas dan namaku ada dalam daftar undangan yang sangat terbatas itu.
Jam di gawai menunjukkan pukul 17.21. Undangannya masih kurang lebih dua jam lagi.
Saat baru mau mengulik lini masa media sosial, aku terkejut. Pasanya sebuah mobil Avanza berwarna silver berbelok buru-buru dari jalan raya ke depan ruko. Mobilnya langsung memenuhi parkiran ruko.
Pasti ini pemilik ruko. Aku pun mengantongi kembali gawai dan mendorong motor ke arah pinggir pintu ruko, biar tidak menghalangi jalan masuk.
Pemilik mobil turun dan berdiri menjajariku. Seorang gadis yang kurasa tidak jauh terpaut usia  dariku, paling usianya 26 atau 27 tahun. Kulitnya putih bersih. Rambutnya sebahu dan terlihat manis sekali dalam balutan blus merah maroon yang setema dengan warna gincunya.
Sepertinya dugaanku meleset. Dia bukan pemilik ruko, atau kalau pun pemilik ruko, dia tidak mau buru-buru masuk. Mungkin sedang menunggu seseorang.
Dia terlihat tidak peduli dengan perhatianku dan kini asyik mengusap-usap layar gawainya. Sesekali mengetik sesuatu, sesekali mengirim pesan suara, sesekali tersenyum. Ah, dia manis sekali jika sedang tersenyum.