Setelah itu dia terdiam beberapa saat. "Terus kalau hasil rapid test reaktif, pasti aku disuruh Swab test. Kalau hasil tes Swab positif, bagaimana dong?"
Tom membelalakkan mata. Dia lalu buru-buru memasang kembali maskernya. "Eh, jauh-jauh. Jagak jarak aman," ucapnya.
Badrun hanya bisa geleng-geleng kepala.
---
Keesokan paginya Badrun bertemu dengan Tom di dalam lift. Tom berusaha berdiri rapat di dinding lift, sementara Badrun terlihat santuy saja berdiri di tengah. Wangi parfum beraroma cedar wood-nya memenuhi udara lift. Wajahnya pun terlihat lebih berseri-seri dari kemarin. Hal ini baru disadari Tom saat mereka sampai di lantai 8 gedung, lokasi perkantoran mereka.
Sudah menjadi ritual setiap pagi, keluar dari lift mereka langsung menuju ke arah pantry.
"Kamu sudah sehat, Drun?"
"Iya dong," Badrun memamerkan senyum lebarnya.
"Kemarin pulang kantor sempat rapid test juga?"
Badrun menggeleng. "Kemarin pulang kantor aku ditelepon karyawan koperasi. Dari situlah baru ketahuan masalahnya."
Tom menatap tak mengerti. Badrun terus berbicara sembari menuang kopi sachet ke dalam cangkir kopi. Lalu menuju ke depan dispenser dan memencet tombol keran air panas.