Tiga hari setelah menghadiri sebuah acara resepsi pernikahan, Badrun merasa tidak enak body. Jantungnya berdebar kencang, lebih kencang dari ritme biasanya.  Sesekali keluar keringat dingin. Suhu tubuhnya juga tidak stabil. Kadang normal kadang hangat. Untunglah pada pagi hari suhu tubuhnya selalu normal, sehingga lolos dari scanner suhu tubuh oleh sekuriti kantor. Tapi untuk masuk ke tempat perbelanjaan dia belum berani.
Awalnya dia menyembunyikan perihal gejala tersebut dari teman-teman kerjanya. Tapi setelah dua hari berlalu, dia merasa harus cerita pada seseorang. Dan seperti biasa sasaran curhatnya selalu Tom, rekan kerja yang bertetangga meja dengannya.
"...tapi kamu ke resepsinya pakai masker, kan?" tanya Tom sembari merapikan dokumen di atas mejanya setelah bermenit-menit mendengar cerita Badrun. Keningnya mengernyit pertanda penasaran.
"Iya. Masker standar lagi, Tom," sahut Badrun.
"Kamu pakainya sepanjang resepsi?" tanya Tom lagi.
"Iya," Badrun menyahut sambil mengangguk.
"...waktu makan?"
"... kalau makan maskernya dibuka-lah. Masa makan pakai masker?," sambar Badrun sambil mengetok kepala Tom pakai mistar besi.
"Ya siapa tahu kan?" balas Tom sambil meringis dan mengusap-usap kepalanya. "Kalau gitu kamu mending pergi rapid test, daripada bikin risau seperti ini!"
"Huss!" Badrun memasang jari telunjuk di depan bibirnya. "Jangan keras-keras, goblok! Nanti kedengaran," ucapnya pelan.