Dalam satu kejap, film petualangan cinta kami dulu yang penuh gairah meluruhkan dinding-dinding logika memenuhi pandanganku.
Dia tidak benar-benar mati. Kabar kematian itu dipalsukan untuk menenangkan hati wanita yang saat ini sedang menghanyutkan diri dalam dekapku.
"Apa yang kamu pikirkan, Mas?"
"Aroma shampo kamu yang ini selalu bikin aku ingat pertama kita ketemu dulu..."
Aku terpaksa berbohong. Aku akan segera menguak tabir senyuman misterius itu, dimulai dari alamat yang tertera pada paket. Jika aku bisa membuatnya pergi dari kehidupanku dengan caraku sendiri, mungkin aku juga bisa membuatnya kembali.
---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H