Dentang piano dari layar kaca
gemuruh mesin air conditioner
klakson kendaraan yang lalu lalang di luar
tenggelam dalam detak jantung
entah
milikku atau milikmu.
Lalu
aku menghitung kancing bajumu
yang lepas satu-satu dalam bisu
oleh jemari yang dituntun naluri biru.
Kita sedang mengejar asmara
yang tidak kemana-mana tapi di kepala
sehingga kita terengah-engah
walau terpaku dengan jarak terjebak di tengah.
Malam minggu di bawah atap metropolitan
menanti hujan.
Kini tak ada lagi kancing baju yang bisa dihitung
tak ada lagi logika
sudah luruh dalam detak-detak jam yang memanjat malam.
---
kota daeng, 19 September 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H